SOLOPOS.COM - Ilustrasi Rolls Royce (techreleased.com)

Dokumen SFO menyebut dugaan permainan dan suap Rolls Royce dalam tender PLN. Dokumen itu juga menjelaskan modusnya.

Solopos.com, JAKARTA — Terkuaknya dugaan suap dalam pengadaan mesin pesawat yang melibatkan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar, menjadi pintu masuk bagi KPK dalam menelusuri sejumlah kasus suap yang menjerat Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Dalam kasus itu, Emir diduga menerima uang suap dari Rolls Royce, produsen mobil dan mesin pesawat asal Inggris, melalui Soetikno Soedarjo, beneficial owner Connaught Internatioanl Pte Ltd. KPK pun membuka peluang menelusuri kasus suap lainnya yang diduga juga dilakukan Rolls Royce.

Juru Bicara KPK, Febri Diansyah, mengatakan KPK akan mendalami kasus tersebut jika bukti yang diperlukan sudah mencukupi. “Kami cek dulu apakah info tersebut memang ada dan cukup kuat, tidak menutup kemungkinan akan dipelajari. Kami mendapatkan info cukup banyak dari SFO,” ujar Febri di Gedung KPK, Senin (23/1/2017).

Berdasarkan dokumen penyidikan dari Serious Fraud Office (SFO) Inggris yang diperbarui pada 17 Januari silam, Rolls Royce juga turut bermain dalam tender PLN. Dalam dokumen itu, SFO menyatakan penyelidikan terkait pembayaran kepada Perantara 7 yang dilakukan secara internal pada Januari 2012 dengan keterlibatan Energy Compliance Officer.

Rolls-Royce disebut ikut andil dalam proyek Pembangkit Listrik Tanjung Batu, Kalimantan Timur. Pembangkit Listrik Tanjung Batu memiliki dua basis energi, yakni gas dan uap. Penghasil listrik itu berada di Kabupaten Tenggarong, Kalimantan Timur dengan daya 50-60 MW.

Sejak 2000, Rolls-Royce merupakan pemegang kontrak pemeliharaan pembangkit tersebut. Sementara itu, pada 2006, ketika kontrak pemeliharaan akan berakhir, Rolls-Royce melakukan upaya untuk mendapatkan kontrak perpanjangan sampai 2014, yang nilainya kurang-lebih Rp287,9 miliar.

Dari situlah diduga suap-menyuap sebagaimana disebutkan dalam laporan SFO, bermula. Dugaan suap tidak hanya muncul dari inisiatif satu pihak, melainkan ada seorang direktur PLN yang menawarkan bantuan kepada Rolls-Royce agar bisa mendapatkan keistimewaan dalam tender pemeliharaan pembangkit listrik.

Masih dalam dokumen itu, Rolls-Royce melalui perantaranya menemui bos-bos perusahaan yang bersaing dalam tender tersebut. Perantara itu melobi agar perusahaan-perusahaan lokal yang menjadi pesaing mundur dengan cara memasukkan dokumen dengan spesifikasi yang tak sesuai.

Sebagai gantinya, perusahaan-perusahaan pesaing itu akan mendapatkan persenan hasil. Atas lobi tersebut, perusahaan-perusahaan lokal pun mundur dengan cara memasang harga tawaran yang terlampau tinggi sehingga dalam proyek itu Rolls-Wood Group pun berhasil mendapatkan kontrak perpanjangan.

Sementara itu, sehubungan dengan pihak perantara, dalam dokumen SFO juga disebutkan pihak perantara mendapatkan upah dari upaya lobi tersebut. Si perantara meminta ada uang yang disetor di dalam negeri dan ada pula yang dibayarkan di salah satu akun bank di Singapura.

Pembayaran pun dilakukan melalui dua mata uang berbeda dan dua bank terpisah. Setelah menjadi pemenang tender, Rolls-Royce juga diduga terus melanjutkan pembayaran komisi secara teratur untuk Perantara 7 hingga Juli 2013.

Bukan hanya Rolls-Royce dan perusahaan-perusahaan pesaing yang bermain. Di laporan SFO juga disebutkan, ada uang khusus yang dialirkan untuk pejabat PLN. “Perantara 7 sendiri terus membayar petinggi perusahaan Indonesia yang menjadi kompetitor dan PLN,” begitu yang tertera dalam dokumen SFO.

Meskipun mendapat banyak informasi dari SFO, Febri mengatakan KPK masih fokus dengan penyidikan suap mantan Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar dan Soetikno Soedarjo. “Saat ini KPK masih mendalami penyidikan dugaan suap terhadap mantan Dirut Garuda, ESA. Informasi lain tidak tertutup kemungkinan juga akan dipelajari,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya