SOLOPOS.COM - KARTU KENDALI -- Seorang penyalur elpiji 3 kg menunjukkan kartu kendali dan peranti EDC beberapa waktu lalu, Pola penyaluran dengan penggunaan fasilitas tersebut ternyata mengalami hambatan dan tidak berjalan seperti yang diharapkan. (JIBI/SOLOPOS/dok)

KARTU KENDALI -- Seorang penyalur elpiji 3 kg menunjukkan kartu kendali dan peranti EDC beberapa waktu lalu, Pola penyaluran dengan penggunaan fasilitas tersebut ternyata mengalami hambatan dan tidak berjalan seperti yang diharapkan. (JIBI/SOLOPOS/dok)

SOLO – Uji coba pemakaian gas elpiji tabung 3 kg dengan sistem distribusi tertutup (Distup) menggunakan kartu kendali di Kota Solo selama hampir setahun sejak kali pertama kartu dibagikan, Maret 2011 lalu masih jalan di tempat. Tukar salur antardistributor di masing-masing kecamatan berjalan alot.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Kabag Perekonomian Pemkot Solo, Asih Widodo mengatakan tukar salur antardistributor diperlukan karena dalam sistem distup jatah elpiji dibagi per kecamatan sehingga distribusinya pun harus diatur di antara distributor dan subdistributor di dalam satu kecamatan. “Misalnya distributor di wilayah kecamatan A hanya bisa menyalurkan elpiji kepada subdistributor di kecamatan A. Padahal sementara ini, penyaluran itu belum tertata. Masih banyak distributor yang menyalurkan elpiji ke subdistributor di wilayah kecamatan yang berbeda,” jelas Asih, Selasa (28/2/2012).

Penataan distribusi per kecamatan itulah yang sampai saat ini masih berjalan alot. Belum ada kesepakatan antara distributor yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing distributor masih mempertahankan subdistributor masing-masing. Petugas pendamping tukar salur sejumlah 60-an orang telah disebar ke semua kecamatan dan kelurahan namun belum juga berhasil menyelesaikan tukar salur tersebut.

Masalah lainnya yang menjadi kendala dalam penerapan sistem distup itu adalah belum terbaginya secara merata electronic data capture (EDC) di semua sub distributor. Saat ini baru sekitar 609 subdistributor yang dilengkapi EDC. Padahal di Solo ada lebih dari 1.000 subdistributor. “EDC ini adalah mesin untuk menggesek kartu kendali setiap kali ada pembelian elpiji. Seperti halnya transaksi mengunakan kartu ATM dan nanti data setiap pembelian akan langsung dicatat di database pusat,” jelas Asih.

Dengan berbagai kendala tersebut tak heran pemakaian kartu kendali di Solo masih sangat minim. Berdasarkan catatan Bagian Perekonomian, saat ini kartu kendali yang sudah dibagikan kepada 130.000-an warga sejak Maret 2011 lalu baru terpakai 10-15 persen. Angka ini hampir tidak beranjak dari posisi terakhir akhir 2011 lalu yang diperkirakan kurang dari 20 persen.

JIBI/SOLOPOS/Suharsih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya