SOLOPOS.COM - Aktivis Front Pembela Islam (FPI) Solo berorasi di depan gerbang Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Selasa (24/2/2015). Mereka berniat menggagalkan kegiatan seminar karena diduga mengandung muatan gerakan PKI. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Massa Front Pembela Islam membubarkan seminar yang akan digelar di TBTJ karena menduga ada muatan PKI di dalamnya.

Solopos.com, SOLO – Massa Front Pembela Islam (FPI) Solo menggeruduk Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Selasa (24/2/2015) pagi. Mereka akan membubarkan kegiatan seminar yang diduga berkaitan dengan aktivitas gerakan kader Partai Komunis Indonesia (PKI).

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Pantauan di lokasi, puluhan aktivis FPI memadati pintu gerbang TBJT. Personel kepolian melarang massa aksi yang mengenakan busana hijau putih lengkap dengan surban dan atribut bendera itu masuk ke TBTJ.

Hanya sebagian dari mereka yang diperbolehkan masuk untuk berkoordinasi khususnya dengan penyelenggara acara.

Pimpinan FPI Solo, Choirul, mengatakan saat rombongan FPI Solo datang, acara yang diduga bertajuk seminar itu belum dimulai.

Setelah dilakukan pengecekan di Teater Arena TBJT yang diduga akan menjadi tempat berlangsungnya acara, lanjut dia, ditemukan sejumlah kursi yang sudah ditata di panggung untuk narasumber.

Kami sudah nengecek ke dalam [Teater Arena]. Tempatnya memang gelap-gelapan. Saya juga sudah menemui salah satu narasumbernya, Nur Kholis dari Komisioner Komnas HAM. Dulu pernah di IAIN kami larang juga. Ini kedua kalinya dia tetap menyuarakan pergerakan PKI,” kata Choirul kepada di TBJT, Selasa.

Sementara itu, saat mencoba mengonfirmasi kepada penyelenggara dan narasumber seminar, mereka sudah tidak lagi berada di TBJT. Hanya sejumlah penyelenggaran dan narasumber yang terlibat dalam koordinasi bersama FPI dan MUI Solo.

Perwakilan MUI Solo, Ustaz Dahlan, menjelaskan acara kali ini memang bertajuk seminar yang diselenggarakan Sekertariat Bersama (Sekber) 65. Dahlah menyampaikan, berdasarkan informasi yang dia peroleh, seminar kali ini mengambil tema Layanan Kesehatan Korban Tragedi 1965/1966 untuk Wujudkan Rekonsiliasi.

“Tadi [Senin, 23/2] malam saya masih membicarakan rencana kegiatan ini, salah satunya dengan penyelenggara yakni Winarso yang merupakan Koordinator Sekber 65 Solo Raya. Tapi, tetap saja [seminar] akan dilaksanakan. Kami bergerak tapi tidak anarkis. Kami coba tertib. Kegiatan PKI ini memang sangat rahasia dan sangat lembut. Mereka menggunakan gaya baru dengan karya bakti seperti pengobatan saat ini,” jelas Dahlan.

Di sisi lain, Kepala Seksi (Kasi) Pengembangan Seni dan Budaya TBJT, Suparman mengaku tidak mengetahui secara detail muatan materi dalam kegiatan seminar yang akan dilakukan tersebut. Menurut dia, penyelenggara hanya menyampaikan akan melaksanakan kegiatan seminar dan pengobatan gratis.

“TBJT kan untuk masyarakat umum. Kami mengiyakan karena itu juga yang nembung ada pak Winarso. Dia aktif di teater. Isi dalam seminar memang tidak disampaikan secara mendetail saat mengajukan itu. Kami tidak sampai mencari tahu. Jadi memperbolehkan karena Pak Narso bilang seminar biasa. Sampai saat [pembubaran] ini kami belum ada komunikasi dengan Pak Narso lagi. Belum ketemu lagi,” jelas Suparman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya