SOLOPOS.COM - Aung San Suu Kyi (kanan) dan Mishal Husain (kiri). (Change.org)

Aung San Suu Kyi dipetisi oleh pelbagai aktivis karena pernyataannya yang kontroversial.

Solopos.com, SOLO — Aktivis prodemokrasi Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian 2012, Aung San Suu Kyi, dipetisi oleh sejumlah aktivis. Petisi tersebut ditujukan kepada Komite Nobel Perdamaian, agar bersedia mencabut hadiah Nobel Perdamaian Suu Kyi.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Petisi berisi permintaan aktivis untuk pencabutan hadiah nobel Suu Kyi, lantaran tokoh perdamaian Myanmar tersebut mengemukakan pernyataan yang bernada rasis.

Sebagaimana dilansir Scmp.com, Sabtu (26/3/2016), Peter Popham, jurnalis media The Independent dan penulis buku biografi l Lady and The Generals : Aung San Suu Kyi and Burma’s Struggle for Freedom, mengungkapkan Suu Kyi seolah kesal diwawancarai oleh reporter BBC yang ternyata seorang muslim keturunan Pakistan, Mishal Husain.

Selaku pejuang perdamaian, Suu Kyi dianggap tidak sepantasnya mengeluarkan statement bernada sentimen terhadap golongan tertentu. “Tak ada yang memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang muslim,” demikian ucapan Suu Kyi seusai diwawancara oleh Mishal Husain, pada Oktober 2013.

Nada kesal Suu Kyi terhadap Mishal Husain ini disinyalir karena reporter BBC tersebut mengajukan pertanyaan kepada Suu Kyi soal penderitaan umat muslim Rohingya, di Myanmar.

Dalam buku biografi, Propham juga menulis tentang penegasan Suu Kyi bahwa kekerasan bukan untuk pembersihan etnis. “Muslim telah ditargetkan tetapi umat Buddha juga telah dikenai kekerasan. Ada ketakutan di kedua sisi,” kata Suu Kyi, sebagaimana ditulis Propham dari sumber terpercaya.

Sehubungan dengan itu, muncullah petisi berjudul Cabut Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi atau Take Back Aung San Suu Kyi’s Nobel Peace Prize, di laman Change.org, yang ditulis atas nama aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho, di Jakarta, Senin (28/3/2016).

“Banyak orang yang terkejut bahwa kata-kata itu keluar dari mulut Suu Kyi, seorang pejuang demokrasi dari Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian tahun 2012. Pernyataan Suu Kyi yang bernada rasis barangkali hanya satu kalimat namun maknanya sangat mendalam bagi setiap orang yang mencintai perdamaian,” demikian kutipan petisi pencabutan hadiah Nobel Perdamaian Aung Sun Suu Kyi.

Lebih lanjut, dalam petisi tersebut tertulis “Tidak sedikit orang di sejumlah negara—termasuk Indonesia—yang kagum terhadap sosok Suu Kyi yang selama ini dikenal sebagai figur penyabar, berjuang dalam damai dan hingga akhirnya dapat merebut kekuasaan di Myanmar. Namun pernyataan Suu Kyi mempermasalahkan seorang jurnalis Muslim pada akhirnya membuat banyak orang kecewa dan marah. Hal ini juga membuka kembali pertanyaan dunia internasional tentang sikap Suu Kyi terhadap kaum minoritas Muslim di Myanmar.”

“Nobel Perdamaian adalah penghargaan tertinggi yang diberikan khusus untuk orang-orang yang memberikan upaya terbesar atau terbaik bagi persaudaraan antar bangsa… Nilai-nilai perdamaian dan persaudaraan ini harus tetap dijaga para penerima Nobel Perdamaian—termasuk Suu Kyi— hingga akhir hayatnya. Jika penerima Nobel tidak bisa menjaga perdamaian maka demi perdamaian dan persaudaraan sudah selayaknya perhargaan yang diterimanya harus dikembalikan atau dicabut oleh Komite Nobel. Kami meminta Ketua Komite Nobel untuk mencabut Nobel Perdamaian yang diberikan untuk Suu Kyi. Hanya mereka yang sungguh-sungguh menjaga kedamaian yang layak menerima hadiah Nobel Perdamaian.”

Petisi tersebut diajukan kepada The Norwegian Nobel Committee 2016, Chair of the Nobel Committee Kaci Kullman Five, Deputy Chair of the Nobel Committee Berit Reiss-Andersen, Member of the Nobel Committee Inger-Marie Ytterhorn, Member of the Nobel Committee Henrik Syse, Member of the Nobel Committee Thorbjorn Jagland, dan Member of the Nobel Committee Olav Njolstad.

Hingga Selasa (29/3/2016) pagi, petisi pencabutan hadiah nobel Aung San Suu Kyi ini telah ditandatangani 23.819 orang. Beberapa di antaranya adalah Hamid Basyaib, Agus Sari, Nong Darol Mahmada, Ulin Yusron, Zainal Arifin Mochtar, Saidiman Ahmad, Gustav Aulia, Grace Natalie, Isyana Bagoes Oka, Goenawan Mohamad, Bonnie Triyana, dan aktivis lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya