SOLOPOS.COM - Penyanderaan di angkot T-25 jurusan Rawamangun-Pulogebang, di Jl. I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (10/4/2017) malam. (Youtube)

Aksi Aiptu Sunaryanto menembak penyandera penumpang di angkot diwarnai proses alot dan menegangkan.

Solopos.com, JAKARTA — Penyanderaan dalam angkot T-25 jurusan Rawamangun-Pulogebang, di Jl. I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (10/4/2017) malam, menunjukkan aksi heroik Aiptu Sunaryanto. Cerita di balik ketenangan Polantas Polres Metro Jakarta Timur itu melumpuhkan Hermawan dengan pistolnya, tak semudah yang terlihat.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Saat dihadirkan live di TV One, Senin (10/4/2017), Sunaryanto membeberkan detail kejadian yang menimpa Risma Oktaviani,25, dan anaknya, Dafa Ibnu Hafiz, 2, itu. Hermawan, pria residivis yang baru keluar dari lembaga pemasyarakatan (LP) itu sudah gelap mata.

“Saya datang ke TKP, saya bernegosisasi dengan pelakunya. saat itu marah besar dia. ‘Apa lu? Polisi polisi’,” kisah Sunaryanto.

Sunaryanto sempat berbicara baik-baik dengan si pelaku sebelum mengeluarkan senjatanya. Dia menawarkan bantuan jika si pelaku punya masalah, namun syaratnya sandera harus dilepaskan. Namun pendekatan itu dibalas dengan pernyataan nekat Hermawan.

“Saya bilang kasihan lho anaknya. Dia malah jawab ‘pokoknya kalau mau mati ya mati semua’,” kata Sunaryanto menirukan ucapan pelaku.

Dalam video yang beredar di media sosial, pelaku bahkan sempat mengancam akan membunuh korban jika ada yang bergerak. Pelaku juga menunjukkan gestur dengan pisau di tangan kanannya untuk mengancam. Pada saat yang sama, Sunaryanto meminta agar korban tenang bersikap tenang. Pasalnya, pelaku benar-benar tak bisa diajak bicara.

“Ayo pergi, mana sopir angkotnya?” Padahal, sopir angkot sudah tidak ada di tempat. Bahkan, Sunaryanto sampai mengangkat tangannya untuk menunjukkan dia tak memegang senjata. Namun pelaku makin nekat.

Sadar bahwa pelaku tak mungkin melepaskan korban dengan cara baik-baik, Sunaryanto mulai ancang-ancang untuk bertindak tegas. Sayangnya, tak mudah bagi dia untuk melepaskan tembakan karena terlalu banyak orang di sekitar angkot. Berkali-kali dia meminta warga untuk mundur, namun ada saja yang mendekat untuk melihat.

“Saya koordinasi sekitarnya. Mas, tolong dong kalau bisa semua di belakang angkot menjauh, biar enggak salah sasaran,” kata dia. Beberapa orang juga membantu menjauhkan kerumunan warga yang tak bisa menahan amarah terhadap si pelaku di dalam angkot.

“Saya salawat 3 kali, bismillah. Kalau saya tembak bisa kena ibu itu. Saya mau sikat lagi, tapi rame lagi warga.”

Negosiasi alot pun memakan waktu hingga setengah jam hingga pelaku kalap. “Orang-orang bilang cepat-cepat, saya pikir minta saja ke warga menjauh. Ada yang bilang ‘sikat Pak’. Setelah klir, saya pikir lillahi taala.”

Sunaryanto pun maju dan dalam jarak dekat dia melepaskan tembakan akurat ke tangan pelaku yang memegang senjata tajam. Tangan si pelaku yang semula membahayakan nyawa Risma akhirnya lumpuh dan berhasil ditangkap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya