SOLOPOS.COM - PENANGANAN DEMO -- Pwengunjuk rasa berhadapan dengan polisi dalam aksi demo menolak kenaikan harga BBM di dekat Istana Negara, Jakarta, pekan lalu. Polisi secara keseluruhan dinilai gagal menangani aksi demo ini dengan masih adanya insiden penganiayaan terhadap pendemo. (JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat)

PENANGANAN DEMO -- Pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi dalam aksi demo menolak kenaikan harga BBM di dekat Istana Negara, Jakarta, pekan lalu. Polisi secara keseluruhan dinilai gagal menangani aksi demo ini dengan masih adanya insiden penganiayaan terhadap pendemo. (JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat)

SEMARANG – Indonesia Police Watch (IPW) menilai Kepolisian Republik Indonesia gagal menangani unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa terkait dengan penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang marak beberapa waktu lalu.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

“Bukti jika Polri tidak bisa menangani dan meredam aksi unjuk rasa adalah masih adanya tindak kekerasan terhadap para pengunjuk rasa yang hal tersebut bukan merupakan bagian dari reformasi sumber daya manusia di kepolisian,” kata Koordinator IPW Jawa Tengah Untung Budiarso di Semarang, Senin (2/4/2012).

Menurut dia, kinerja Polri dalam menangani unjuk rasa belum terukur dan efektif karena masih menggunakan pola lama yakni menghalau dengan kekerasan. Ia mengatakan, aparat kepolisian yang menangani unjuk rasa selalu terpancing emosinya sehingga terjadi bentrokan akibat dari pendekatan persuasif yang tidak berjalan.

“Di beberapa daerah sudah ada yang menerapkan pola penanganan yang humanis dengan mengajak dialog, makan bersama atau bahkan berjoget bersama untuk meredam emosi para pengunjuk rasa,” ujarnya. Untung menegaskan, yang terpenting adalah Polri harus segera melaksanakan reformasi sumber daya manusia secara penuh, meskipun reformasi birokrasi di kepolisian sudah mulai menunjukkan hasilnya.

Seorang pengunjuk rasa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Semarang, Yudi Elfaz, 25, menderita luka parah saat berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Tengah, Jumat (30/3/2012) sore.

Korban yang menjalani perawatan di rumah sakit menderita luka sobek pada bagian pelipis kiri dan lebam di wajah akibat dipukuli puluhan polisi yang mengamankan unjuk rasa tersebut. Terkait dengan hal tersebut, Kapolrestabes Semarang Kombes Elan Subilan telah meminta maaf atas peristiwa yang diduga dilakukan oleh anak buahnya itu. “Korban silakan melapor ke bagian Propam terkait dengan insiden tersebut dengan membawa bukti visum dari rumah sakit,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya