SOLOPOS.COM - Perajin tempe melakukan proses pengepakan kedelai ke dalam plastik pembungkus di Krajan, Mojosongo, Solo, Rabu (25/7/2012). (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Perajin tempe melakukan proses pengepakan kedelai ke dalam plastik pembungkus di Krajan, Mojosongo, Solo, Rabu (25/7/2012). (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

SOLO--Munculnya wacana subsidi harga kedelai dan monopoli oleh pemerintah mendorong mencuatnya persoalan lama, yakni data perajin tahu dan tempe. Para perajin mengaku tidak semua perajin tahu tempe diakomodir dalam keanggotaan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti).

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Perajin tahu di Mojosongo, Sadiman, mengatakan meskipun masuk keanggotaan Kopti Solo dia tidak menikmati subsidi harga kedelai yang beberapa tahun lalu pernah digulirkan. Di luar dirinya, dia mengaku masih ada sejumlah perajin lain yang mengalami hal serupa. Banyak pula perajin yang akhirnya tidak ikut dalam keanggotaan Kopti lantaran merasa tidak mendapat manfaat.

“Saya tidak pernah dapat subsidi,” ungkap Sadiman, saat dijumpai wartawan, di Mojosongo, Kamis (26/7/2012).

Terkait hal itu, dia meminta pemerintah melakukan pendataan ulang jumlah perajin tahu dan tempe agar subsidi atau pun program lain bagi perajin tepat sasaran. Ketua Paguyuban Perajin Tahu Tempe Sumber Rejeki Mojosongo, Aco Warso, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, banyak perajin yang memilih tidak bergabung dengan Kopti lantaran tidak merasakan manfaatnya.

Lebih jauh, Aco sepakat jika diperlukan pendataan ulang perajin tahu tempe jika memang subsidi harga kedelai Rp1.000/kg segera digelontorkan. Dia berharap subsidi diberikan merata kepada semua perajin.

Sebelumnya, Bendahara II Kopti Solo, Dianto, mengaku sudah lama Kopti tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Hal itu terjadi semenjak pemerintah membebaskan impor kedelai kepada pihak swasta. Saat ini anggota Kopti berjumlah lebih dari 100 perajin. Sisanya, kata dia, tidak masuk keanggotaan. “Kopti tidak membeli kedelai lalu didistribusikan seperti seharusnya karena harga kami kalah bersaing dengan harga yang berlaku di pasaran,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya