SOLOPOS.COM - Ilustrasi Perumahan.(Dok/JIBI/Solopos).

Dampak pelemahan rupiah juga dirasakan para pengembang rumah kelas menengah ke atas.

Solopos.com, SOLO—Penjualan rumah menengah atas menurun hingga 40% jika dibandingkan tahun sebelumnya akibat melemahnya perekonomian saat ini. Padahal dari sisi harga tidak ada kenaikan meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Salah satu pengembang di Gentan, Oma Nuryanto, mengatakan banyak konsumen yang menanyakan atau survei ke lapangan tapi realisasinya sangat terbatas. Penurunan tersebut sudah terjadi sejak awal tahun karena konsumen lebih memilih wait and see.
Menurut dia, penurunan penjualan ini terjadi untuk pembelian rumah pertama maupun rumah kedua dan ketiga.

“Dolar menguat sejauh ini tidak berpengaruh banyak terhadap harga meski beberapa material impor. Hal ini karena permintaan turun padahal produksi terus dilakukan sehingga harga material cenderung turun. Hal ini pun membuat harga rumah juga tetap sama,” ungkapnya kepada solopos.com, Sabtu (12/9/2015).

Meski harga material turun tapi dia mengatakan pengembang kebanyakan menahan diri melakukan ekspansi dan hanya menghabiskan stok yang ada. Dia pun berharap kondisi ekonomi kembali pulih.

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Soloraya, Anthony Abadi Hendro P., juga mengatakan penjualan rumah menengah atas saat ini sedang lesu, dari biasanya satu developer bisa menjual tiga unit sampai empat unit dalam sebulan tapi saat ini menjual satu unit pun sulit.

Sementara itu, Ketua REI Jateng, Priyanto, mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah secara umum membuat biaya produksi rumah menengah atas naik sekitar 10%. Meski begitu, penjualan secara umum di Jateng masih stabil. Hal ini karena rumah merupakan kebutuhan pokok.

“Penjualan rumah subsidi sejauh ini bagus tapi kami berharap komitmen dari berbagai pihak untuk menyukseskan program satu juta rumah murah. Dari 10.000 rumah sampai akhir tahun yang ditargetkan di bangun di Jateng, baru terealisasi 2.880 unit sehingga butuh dorongan dan komitmen semua pihak,” ujar Priyono saat dihubungi solopos.com.

Apalagi percepatan pemabngunan property juga masuk dalam paket kebijakan yang dikeluarkan Presiden, Joko Widodo, beberapa waktu lalu. Dia menjelaskan pemerintah telah memberi kemudahan berupa suku bunga 5%, uang muka 1%, bantuan uang muka bagi PNS, potongan biaya pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB) 95%, dan percepatan sertifikat tanah.

Dia mengatakan dana fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) senilai Rp5,1 triliun telah disalurkan sepenuhnya. Namun pemerintah berencana mengelontorkan dana Rp9,2 triliun. Dia berharap rencana tersebut bisa terealisasi di tahun ini.

Hal ini mengingat bisnis property melibatkan 175 komponen, seperti industri cat, lantai, genteng, tenaga kerja, dan lainnya. Oleh karena itu, diharapkan dapat membantu percepatan pemulihan ekonomi yang saat ini sedang lesu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya