SOLOPOS.COM - WNI Myanmar yang disekap setelah dijanjikan bekerja di Thailand. (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Seorang istri warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penyekapan di Myanmar, Ema Ulfatul Hilmiah, buka suara terkait kondisi suaminya. Ia mengaku kali terakhir mendapat kabar dari suaminya pada Senin (24/4/2023) atau dua hari lalu sebelum akhirnya hilang kontak.

Ema mengaku suaminya bernama April. Ia menjadi salah satu dari 20 WNI yang diduga disekap, disiksa, dan akan diperdagangkan di Myanmar.

Promosi BRI & E9pay Perkuat Kolaborasi Tingkatkan Layanan Finansial bagi PMI di Korsel

Ema mengaku awalnya, suaminya awalnya dijanjikan akan diberangkatkan ke Thailand untuk bekerja sebagai operator marketing di sebuah perusahaan. Lowongan pekerjaan itu diperoleh suaminya dari jejaring Internet.

Beberapa saat setelah melakukan pendaftaran, April pun dihubungi pihak pencari kerja dan diminta untuk segera mengurus surat-surat ke luar negeri dan terbang ke Bangkok. Sesampainya di Bangkok, ia bersama WNI lainnya dijemput sejumlah pria dengan kawalan dua orang bersenjata dan berseragam militer.

“Suami saya awalnya enggak tahu [akan dibawa ke Myanmar]. Awalnya ditawari bekerja sebagai operator marketing di Thailand. Berangkat November kemarin. Tapi, kenyataannya malah sampai di tempat terpencil di Myanmar. Di tengah-tengah hutan,” ujar Ema kepada Solopos.com, Rabu (26/4/2023).

Di tempat terpencil yang tak diketahui lokasi pastinya itu, mereka dipaksa bekerja mulai dari jam 8 malam hingga 1 siang. Tugas mereka mencari kontak sebagai sasaran penipuan melalui websita atau aplikasi Crypto.

“Awalnya enggak ada hukuman. Tapi setelah dua pekan training, tiba-tiba bila target enggak tercapai ada hukuman. Hukuman mulai dari push up, squat jump, dicambuk hingga disetrum,” ujarnya.

Ema mengaku mendapat informasi itu dari suaminya. Hal itu dikarenakan suaminya membawa dua handphone. Saat handphone yang satu diminta dikumpulkan, suaminya, April, menyembunyikan handphone yang satu lagi agar bisa berkomunikasi dengan keluarga di rumah.

Kendati demikian, ia khawatir perbuatan suaminya yang diam-diam menghubungi keluarga akhirnya ketahuan oleh para pelaku. Sebab sejak Senin kemarin, suaminya sudah tidak bisa dihubungi atau memberikan kabar (lost contact).

“Sampai sekarang belum ada kabar lagi. Saya dapat kabar karena suami saya curi-curi kesempatan. Di sana semua handphone (HP) dikumpulkan. Ada batas 10 menit dan satu pekan sekali boleh pegang HP. Itu pun disadap,” tegasnya.

Kasus dugaan penyekapan puluhan WNI di Myanmar ini juga sudah tersebar di media sosial melalui video yang diunggah akun @bebaskankami. Dalam video itu tampak sejumlah WNI terlihat putus asa sambil menatap kamera.

Their lives at stake. 4 of them going to be sold to another company tomorrow, while the other will be separated to another team that led by Chinese leader who were notorious for their cruelty punishment. In this video, they want the Indonesian government to see and remember their faces. The face that desperately asking for help. (Hidup mereka dipertaruhkan. 4 dari mereka akan dijual ke perusahaan lain besok, sementara yang lain akan dipisahkan ke tim lain yang dipimpin oleh pemimpin Cina yang terkenal dengan hukuman kejam mereka. Dalam video ini, mereka ingin pemerintah Indonesia melihat dan mengingat wajah mereka. Wajah2 putus asa memohon pertolongan). Please make it Viral!,” tulis akun tersebut dalam video unggahannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya