SOLOPOS.COM - Siswa mengunjungi stan-stan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan saat digelar Regina Pacis Edu Fair 2014 di Auditorium SMA Regina Pacis, Solo, Jumat (17/10/2014). Edu fair yang bertema Pursuing Your Dream With A Correct Choice tersebut menghadirkan 46 perguruan tinggi dan lembaga pendidikan negeri maupun swasta. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Sejumlah Perguruan Tinggi Swasta atau PTS mendorong kolaborasi bersama guna menggaet mahasiswa baru. Kolaborasi ini dianggap efektif ketimbang masing-masing PTS harus bersaing dengan tidak sehat.

Rektor Universitas Slamet Riyadi atau Unisri Solo, Sutoyo, menegaskan sudah tidak ada lagi persaingan tidak sehat antarperguruan tinggi.

Promosi BRI Meraih Dua Awards Mobile Banking dan Chatbot Terbaik dalam BSEM MRI 2024

“Karena perguruan tinggi itu sebenarnya kita anggap mitra positif, bukan sebagai kompetitor yang negatif. Biar bagaimanapun kita punya tujuan yang sama. Yang penting antara perguruan tinggi tidak saling menjatuhkan,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (8/2/2023).

Bagi PTS memang perlu promosi kepada masyarakat dan calon mahasiswa baru. Dia mengatakan itu wajar agar calon mahasiswa bisa menentukan pilihan secara tepat. “Saya kira perguruan tinggi punya kesempatan yang sama untuk menyampaikan ke lulusan SMA,” ujar dia.

Bentuk kolaborasi bisa apa saja, dia mencontohkan expo perguruan tinggi yang berlangsung di Karanganyar beberapa waktu lalu. “Ya kita bersanding bersama dengan para petugas yang ada di perguruan tinggi itu. Kita teman dan sama. Perkara mau menentukan pilihan ke universitas mana kan kita tidak bisa memaksakan,” kata dia.

Yang paling penting, promosi harus mengedepankan kejujuran terutama ketika menyampaikan kelebihan masing-masing PTS. “Sehingga calon mahasiswa itu tidak salah pilih. Tidak kapusan iklan, gitu ya,” tutur dia.

Hal senada disampaikan Pelaksana tugas (Plt.) Rektor Universitas Sahid Surakarta (Usahid) Solo, Sri Huning Anwariningsih.  “Kita berkolaborasi, jadi sudah tidak ada lagi sistemnya berkompetisi. Artinya misal terkait dengan rekognisi pembelajaran, itu kan sebenarnya membutuhkan sinergi dengan PTS lain. Seperti kurikulum merdeka atau pertukaran mahasiswa, mau tidak mau harus kolaborasi,” kata dia.

Toh, menurut dia, masing-masing PTS sudah memiliki ciri khas dan keunggulan masing-masing, maka tidak perlu saling menjatuhkan. ”PTS punya kelebihan dan punya kekhasan masing-masing. Toh tujuan kami juga sama, mencerdaskan generasi bangsa. Cuma tantangannya, masing-masing PTS harus ada inovasi,” ujar dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu (8/2/2023).

Dia mengaku tantangan PTS untuk melakukan sosialisasi di masyarakat jauh lebih berat. Apalagi kebanyakan calon mahasiswa menjatuhkan pilihan pertamanya di kampus Negeri.

“PTS mau tidak mau harus effort-nya lebih. Artinya kami tidak hanya memandang promosi hanya diawal tahun atau akhir tahun, tapi sepanjang hari. Jadi [setiap hari] harus ada laporan progresnya sudah sampai mana,” tutur dia.

Dia mengatakan saat ini Usahid Solo menggunakan dua strategi agar target mendapat mahasiswa baru bisa terpenuhi. “Mungkin juga umum dilakukan di PTS, kita pakai pendekatan hard selling dan soft selling,” kata dia.

Hard selling yang dia maksud adalah melakukan promosi melalui media sosial dan memasang iklan di berbagai platform. “Kami juga ada inovasi [untuk] menyediakan jalur beasiswa. Ada jalur prestasi, kerja sama, dan KIP,” kata dia.

Sedangkan untuk soft selling, pihaknya lebih mementingkan mutu pelayanan pembelajaran dan ketersediaan sarana pembelajaran. “Karena ketika mahasiswa itu puas dengan layanan dan fasilitas kampus. Mahasiswa tersebut dalam tanda kutip menjadi media promosi kami. Ketika mereka puas, mereka bakal menyampaikan hal-hal baik ke luar,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya