SOLOPOS.COM - Pekerja memeriksa stok beras di gudang Bulog Indramayu, Jawa Barat, Kamis (9/12/2021). Meskipun disebut sudah tidak mengimpor beras selama 3 tahun, namun berdasarkan Indonesia masih mengimpor beras khusus hingga 2022. (Antara/Dedhez Anggara).

Solopos.com, JAKARTA—Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) menepis adanya anggapan tidak mampu menyerap beras dari petani saat musim panen. Sekjen Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan besarnya realisasi serapan oleh Bulog, berbanding lurus dengan besaran produksi tahun yang bersangkutan.

“Beras yang diserap Bulog itu adalah marketable surplus dari satu masa produksi atau musim panen,” kata Awaluddin kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) lewat pesan singkat, Kamis (27/10/2022).

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Namun, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat pada Oktober 2022 stok beras Bulog hanya 673.613 ton atau 11,2%. Jika dibandingkan Oktober tahun lalu, stok saat ini adalah yang paling kecil.

Baca Juga Rusia Ancam Tembak Satelit Amerika Serikat 

Pada Oktober 2021, cadangan beras pemerintah (CBP) Bulog mencapai 1,25 juta ton. Sebaran stok beras nasional hingga pekan ke-2 Oktober 2022 sebanyak 49,8% berada di rumah tangga, 21,1% berada di penggilingan, dan 12,3% berada di pedagang. Sedangkan sisanya di Pasar Cipinang dan perusahaan makanan (restoran, hotel dan sebagainya).

Asisten Deputi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh mengatakan stok CBP pada bulan ini di bawah ideal yaitu 1,2-1,5 juta ton. Berbarengan dengan menipisnya stok, harga beras di tingkat konsumen naik 4,2%.

“Kalau itu (stabilisasi) enggak berjalan, fungsi Bulog sebagai stabilitator enggak ada. Saya gimana mau menjawabnya, memang enggak berfungsi,” kata dia dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi secara virtual, Selasa (25/10/2022).

Baca Juga Ukraina Krisis Listrik, Warga di Pengungsian Diminta Tidak Pulang

Menurut Saifulloh, penurunan stok CBP terjadi setelah Bulog menyalurkan beras untuk mengantisipasi kenaikan harga. Seharusnya, kata dia, penyaluran beras Bulog itu dibarengi dengan kesiapan perusahaan menyerap gabah di tingkat petani.

Saifulloh mengaku telah mengamati di kinerja Bulog. Dia mengatakan Bulog selama ini tidak berhubungan langsung dengan petani, penggilingan, hingga entitas-entitas yang berkaitan. Menurutnya, Bulog lebih banyak mempercayakan tugas tersebut kepada mitranya.

“Dampaknya, arahan kebijakan pemerintah di lapangan menjadi bias. Sebab, informasi yang beredar dari hulu sampai hilir tidak langsung disampaikan Bulog kepada pihak pembeli gabah maupun beras,” ujarnya.

Baca Juga Komandan Pasukan Rusia Akui Situasi Perang Rusia Vs Ukraina Tegang

Lebih lanjut, Saifulloh menilai semestinya Bulog turun langsung untuk berkomunikasi dengan petani dan tak hanya bergantung dengan mitra seperti sebelumnya.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Bulog Angkat Bicara soal Tudingan Minim Serap Beras

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya