Solopos.com, TAIPEI — Sebuah buku anak-anak bertema gay tentang dua pangeran yang jatuh cinta dan menikah memicu protes dari para orang tua di Taiwan. Betapa tidak memicu kehebohan, buku itu dimasukkan ke program membaca yang didukung oleh pemerintah.
King & King, aslinya diterbitkan dalam bahasa Belanda. Buku bertema gay yang kini diedarkan di Taiwan itu berkisah tentang seorang pangeran muda yang diminta oleh ibunya untuk menikahi seorang putri tetapi kemudian jatuh cinta kepada pangeran lain.
Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024
Versi China dari buku itu ditambahkan ke daftar buku yang pada bulan ini didistribusikan pemerintah kepada siswa berusia enam dan tujuh tahun di Taiwan. Negeri itu, tahun lalu baru menjadi tempat pertama di Asia yang mengizinkan pernikahan sesama jenis.
Bakal Calon Pilkada 2020 Positif Covid-19
Skema membaca merupakan bagian dari program ekstrakurikuler yang bertujuan menumbuhkan kecintaan membaca, namun tidak wajib di sekolah. Meskipun demikian, langkah tersebut memicu protes di luar kementerian pendidikan pekan ini.
“Ini adalah upaya mencuci otak. Pemerintah sedang mencoba merongrong nilai-nilai pernikahan heteroseksual,” tuding Tseng Hsien-ying, presiden Koalisi untuk Kebahagiaan Generasi Berikutnya, sebuah kelompok yang menentang pernikahan sesama jenis.
Tarik Ulang
Kepada Thomson Reuters Foundation melalui telepon, Jumat, ia menyerukan agar buku bertema gay itu segera ditarik dari program resmi yang ditujukan bagi para siswa di Taiwan. “Ini membingungkan anak-anak kami,” tegasnya.
Kementerian pendidikan Taiwan di media sosial bersikukuh dengan keputusan tersebut. Dinyatakannya bahwa buku itu akan membantu anak-anak untuk mengenali dan menghormati perbedaan. Buku itu juga diklaim mempromosikan masyarakat yang beragam.
Pak Gojek Wajib Waspadai Aplikasi Baru Ini!
Kelompok advokasi LGBT +, Asosiasi Hotline Tongzhi Taiwan, menyerukan penerimaan atas buku itu.
Pernikahan sesama jenis dilegalkan di Taiwan pada pertengahan 2019. Keputusan itu diambil setelah parlemen pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mengesahkan undang-undang bersejarah yang memperkuat reputasi Taiwan sebagai mercusuar liberalisme di Asia.
Meskipun demikian, kalangan yang sikap konservatif sosial secara umum masih berpengaruh. Mereka yang menentang pernikahan sesama jenis itu mengatakan bahwa pernikahan seperti itu dapat menghancurkan masyarakat dan institusi keluarga.
KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopo