SOLOPOS.COM - Muhammad Bahrunna’im alias Naim mendengarkan vonis hakim di Pengadilan Negeri Solo, Kamis (9/6/2011). Bahrun Naim divonis 2 tahun 6 bulan penjara atas dakwaan kepemilikan amunisi. (Dok/JIBI/Solopos)

Bom Sarinah Thamrin, Jakarta, diduga diotaki Bahrun Naim, yang berada di Suriah setidaknya hingga November 2015 lalu.

Solopos.com, SOLO — Terduga otak teror bom di Sarinah, Thamrin, Jakarta, Bahrun Naim, 32, dikenal warga setempat sebagai orang pendiam. Lelaki yang terdaftar tinggal bersama orang tuanya di RT 001/ RW 001 Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, tersebut juga jarang mengikuti kegiatan-kegiatan di kampung.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

“Selama ini yang mewakili [kegiataan-kegiatan di kampung] adalah ayahnya. Bahrun tak pernah kelihatan,” papar Ketua RT setempat, Sugeng Suharyo, saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Jumat (15/1/2016).

Kondisi inilah, lanjut Sugeng, yang terkadang membuat pemuda kampung enggan menghadiri acara yang digelar di kediaman Bahrun Naim. Hanya warga tua-tua yang datang dengan pertimbangan menjaga hubungan baik dengan orang tua Bahrun. “Mungkin semacam sanksi sosial gitu. Kalau keluarga Bahrun bikin acara, pemuda kampung banyak yang tak datang,” paparnya.

Sugeng menambahkan, Bahrun Naim selama ini dikenal pendiam, tak neka-neka di kampungnya. Waktunya lebih banyak dihabiskan di luar kampung. “Di masjid kampung juga enggak kelihatan. Dia itu orangnya pendiam,” paparnya. Baca juga: Diduga Kendalikan Bom Jakarta, Bahrun Naim “Menikmati Hidup” di Suriah.

Sejak setahun terakhir, sambungnya, Bahrun jarang terlihat di rumahnya. Semua usaha rumahnya, yakni jualan busana muslim, pentol bakso, dan aneka jajanan lainnya, yang menjalankan adalah orang tua dan istrinya. Baca juga: Prestasi Akademik di Bawah Rata-Rata, Ini Catatan Bahrun Naim Selama Kuliah di UNS.

Pantauan Solopos.com, Jumat (15/1/2016), kediaman Bahrun Naim sepi dan semua pintu tertutup rapat. Rumahnya berada di tepian Kali Pepe, bersebelahan dengan jembatan menuju Kelurahan Gandekan. Di rumah tersebut, Bahrun pernah tinggal bersama istri dan kedua orang tuanya. Rumah tersebut, menurut keterangan warga sekitar, ditutup rapat tak lama setelah diumumkan bahwa otak pelaku teror di Jakarta adalah Bahrun Naim.

“Tadi pagi mulai tutup sejak banyak didatangi wartawan,” paparnya. “Dia juga masih tercatat sebagai warga Sangkrah. Namun, masih tinggal bersama orang tuanya,” papar Sugeng.

Sugeng mengaku tak tahu persis sejak kapan Bahrun Naik mulai tinggal di Sangkrah. Yang jelas, kata dia, keluarga Bahrun Naim adalah pendatang. “Kalau enggak salah dari Pekalongan. Namun, sudah menjadi warga Sangkrah sejak lama sekali,” paparnya.

Warga Sangkrah sendiri mengaku terkejut dan tak menyangka Bahrun disebut sebagai otak teror di Jakarta. Meski sebelumnya Bahrun sempat mendekam di penjara karena menyimpan amunisi illegal, namun warga tak menyangka atas kabar buruk itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya