SOLOPOS.COM - Gempa ilustrasi

Gempa ilustrasi

JAKARTA—Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) memperingatkan masyarakat untuk tidak meneruskan informasi tentang bencana alam yang belum jelas sumbernya karena dapat menambah kepanikan.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, informasi menyesatkan kerap beredar di masyarakat pasca-terjadi bencana alam.

“Informasi tersebut berasal dari pesan singkat (SMS), bbm, milist, yahoo messenger, telpon atau kabar berantai lain,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Jaringan Informasi Bisnis Indonesia, Sabtu (28/4).

Misalnya, pasca gempabumi 8,5 skala richter (SR) di Aceh beberapa waktu lalu, saat ini masyarakat yang tinggal di pesisir pantai Kabupaten Aceh Jaya dan dan Aceh Barat panik. Sebagian masyarakat memilih mengungsi karena khawatir akan terjadinya gempa berkekuatan 12 SR.

Ini terjadi setelah beredarnya pesan SMS yang berisi akan ada gempa berkekuatan magnitude 12 Skala Richter (SR) di Aceh.

“Isi SMS tersebut jelas tidak masuk akal karena sampai saat ini belum ada satu pun ilmuwan dunia yang mampu memprediksi terjadinya gempa secara tepat. Dari isi SMS yang beredar, sesungguhnya salah substansinya, karena disebutkan gempa 12 SR,” jelasnya.

Dia melanjutkan, skala richter tidak dapat digunakan untuk gempa skala besar. Penggunaan skala richter untuk gempa bumi maksimum hanya sampai 10 SR atau lebih tepatnya 10Mw (dalam satuan yang besarnya hampir sama dengan SR).

“Dalam sejarah gempa bumi belum pernah terjadi hingga 10 SR. Gempa bumi terbesar yang pernah terjadi di dunia modern adalah gempa 9,5 SR di Chile 22 Mei 1960 yang menyebabkan 1.655 orang meninggal. Menurut ilmuwan gempa dengan skala 10 SR lebih dari 99% diakibatkan oleh benturan meteor sebesar kota,” jelasnya.

Info menyesatkan juga pernah terjadi saat tsunami di Mentawai Oktober 2010, Gunung Merapi meletus pada November 2010, gempa bumi dan tsunami di Jakarta pada 2010 dan 2011, badai tropis yang akan menghantam Jakarta Februari 2012, dan sebagainya.

Dia mengatakan berita palsu tersebut disebarluaskan, dapat dikatakan sebagai informasi bohong atau berita palsu, istilahnya adalah ”hoax”,

Banyak pihak, lanjutnya, bisa menyebarkan berita hoax dengan berbagai motif seperti iseng, teror, atau mengacaukan jaringan komunikasi, bahkan bisa sampai alasan politis dan keamanan.

“Hoax bisa juga dimanfaatkan oleh oknum pelaku kriminal. Ketika masyarakat mengungsi maka oknum tersebut mencuri rumah-rumah kosong,” jelasnya.

Padahal, lanjutnya, dampak yang ditimbulkan oleh hoax dapat menimbulkan kepanikan, trauma dan resah masyarakat. Terlebih bagi masyarakat Aceh yang pernah merasakan dahsyatnya gempa dan tsunami Aceh 2004.

“Bagi seseorang angka-angka korban bencana hanya angka statistik. Tapi bagi masyarakat yang anggota keluarganya menjadi korban, 1 orang meninggal saja bisa merupakan sebuah tragedi,” jelasnya.

Hendaknya, kata dia, aparat kepolisian dan aparat lain segera mencari oknum-oknum penyebar info sesat tersebut dan menghukum agar ada efek jera bagi yang lain.

“Masyarakat pun juga bisa berperan dengan tidak meneruskan setiap info bohong yang diterima. Hendaknya konfirmasi kepada institusi yang kompeten seperti BNPB, BMKG, PVMBG, dan sebagainya. Ayo lawan hoax,” tutup Sutopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya