SOLOPOS.COM - Ilustrasi pesawat Garuda (JIBI/Dok)

Bisnis penerbangan khususnya bidang perawatan pesawat kesulitan mendapatkan tenaga kerja berlisensi.

Solopos.com, SOLO – Bisnis perawatan pesawat kekurangan tenaga kerja karena minimnya tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi. Selain itu, pembajakan tenaga kerja juga sering terjadi.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Corporate Communication PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFAA), Siska Tobing, menyampaikan saat ini ada sekitar 3.056 pegawai di anak usaha Garuda Indonesia tersebut. Namun diakuinya jumlah tenaga kerja ini masih kurang.

Apalagi pada tahun ini, hanggar empat yang memiliki 16 line, yakni 15 line untuk perawatan pesawat nero body dan satu line untuk body painting pesawat mulai diperasikan.

“Meski sudah mencapai lebih dari 3.000 karyawan yang bekerja di GMFAA tapi jumlah tersebut masih kurang. Apalagi kalau hanggar empat yang merupakan hanggar terbesar di dunia ini mulai dioperasikan, tentu semakin banyak karyawan yang dibutuhkan,” ungkap Siska saat berbincang dengan , beberapa waktu lalu.

Menurut dia, penambahan tenaga kerja atau teknisi akan lebih besar karena jumlah line di hanggar empat paling banyak. Oleh karena itu, dia menyampaikan saat ini pihaknya bekerja sama dengan beberapa lembaga pendidikan pencetak teknisi pesawat.

Dia menyampaikan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu modal penting dalam mendirikan perusahaan maintenance repair overhaul (MRO). Karyawan yang bekerja juga diwajibkan memiliki lisensi sesuai dengan bidang masing-masing.

Menurut dia, saat ini GMFAA telah memiliki tempat training yang sudah diakui secara internasional. Diakuinya karyawan yang bekerja di GMFAA tidak bisa sembarangan mengingat bisnis ini sangat ketat dengan regulasi.

Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan harus dilakukan sesuai dengan aturan yang ada. Siska menjelaskan perawatan tersebut memiliki periode tertentu dan harus dipatuhi untuk keselamatan penerbangan meski maskapai tersebut tidak memiliki keluhan.

Pengamat Keselamatan Penerbangan, Prijono, mengatakan cukup sulit merekrut tenaga kerja karena adanya keterbatasan akses dan bahasa.

Hal ini mengingat istilah yang digunakan saat bekerja menggunakan Bahasa Inggris. Oleh karena itu, biasanya tidak lebih dari 30% dari total perekrutan karyawan yang lolos.

Dia menyampaikan bisnis transportasi udara ini memiliki peluang perkembangan yang besar. Oleh karena itu, semakin besar pula karyawan yang dibutuhkan. Apalagi karyawan yang bekerja di bisnis ini hanya bisa memiliki maksimal tiga lisensi atau keahlian. Padahal bagian yang harus dirawat sangat banyak.

Lebih lanjut, dia mengatakan untuk memenuhi kekurangan tersebut, pihaknya berencana akan mendirikan lembaga consulting untuk mencetak teknisi perawatan pesawat.

Mantan expert di salah satu perusahaan perawatan pesawat Tanah Air ini mengakui biaya perawatan pesawat bisa mencapai 60% dari total operasional. Hal tersebut untuk keamanan penerbangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya