SOLOPOS.COM - Content Manager Solopos Media Group, Abu Nadzib, menyampaikan materi Workshop Penulisan Opini dan Karya Ilmiah Populer di Griya Solopos, Selasa (18/4/2023). (Solopos.com/Damar Sri Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Menyajikan sesuatu yang penting dan berbobot melalui tulisan yang dikemas secara ringan, menarik, dan diterima semua kalangan menjadi tantangan tersendiri bagi akademisi.

Tidak dipungkiri, akademisi di perguruan tinggi memang sudah sering menghasilkan karya tulisan penting dan berbobot yang disajikan dalam bentuk jurnal ilmiah, hasil penelitian, tesis, dan sebagainya.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

“Namun semua tulisan itu sebetulnya untuk konsumsi pihak-pihak yang berkepentingan di ranah kampus. Selain itu, orang-orang yang sefrekuensi dengan bahasan yang diangkat dalam karya ilmiah tersebut. Nah, ketika membuat karya ilmiah populer atau opini di media massa, ada tantangan tersendiri,” kata Content Manager Solopos Media Group, Abu Nadzib, saat menjadi pemateri Workshop Penulisan Opini dan Karya Ilmiah Populer di Ruang Literasi Griya Solopos, Selasa (18/4/2023).

Kegiatan itu diikuti peneliti dan pembantu peneliti dari kalangan mahasiswa S1, S2, dan S3 bimbingan dosen Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Teknologi Penyimpanan Energi Listrik (PUI TPEL) Baterai Lithium UNS Solo.

Menurut Abu Nadzib, artikel untuk media massa berbeda dengan tulisan karya ilmiah. Tak perlu penjelasan berkepanjangan dan teori yang macam-macam. Cukup berikan satu atau dua teori dan berikan argumen yang ringkas dan mudah dipahami.

“Gunakan kalimat yang mudah dicerna. Jangan menggunakan kalimat yang bertele-tele. Yang terpenting, gunakan istilah yang populer. Jangan menggunakan istilah-istilah ilmiah yang sulit dipahami karena karya Anda nanti akan masuk ke ranah publik. Artinya, dikonsumsi oleh semua kalangan dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan yang majemuk,” ujar dia.

Selain memperhatikan tata penulisan dan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lanjut Abu Nadzib, jika mengutip pendapat atau perkataan seseorang agar ditulis dengan jelas dan disebutkan sumbernya. Namun jangan terlalu banyak menggunakan kutipan karena akan terkesan hanya mozaik atau mengumpulkan pendapat dan argumen tanpa disertai analisis.

“Gunakan judul yang singkat dan menarik, atau judul yang genit juga tidak apa-apa. Kemudian panjang artikel 700-1.000 kata atau 5.000-6.000 huruf. Kalau jurnal ilmiah, tesis, kan bisa sampai 40.000 huruf atau lebih. Kalau untuk opini atau artikel ilmiah populer, maksimal 6.000 huruf saja. Ini juga menjadi tantangan yang lain bagi akademisi, misalnya harus meringkas dari 40.000 huruf menjadi 6.000 huruf,” tambahnya.

Salah satu peserta workshop, Fakhrina Fahma, yang juga mahasiswa Program Doktor Teknik Industri UNS, mengakui cukup kesulitan untuk mengolah jurnal ilmiahnya menjadi karya ilmiah populer sesuai rambu-rambu yang disampaikan Abu Nadzib.

“Ternyata lumayan susah juga. Kalau menjelaskan panjang lebar tentang konteks dan substansi yang ingin saya sampaikan, bisa. Tapi ketika dituangkan dalam tulisan, susah. Kalaupun meringkas tesis saya menjadi karya ilmiah populer dengan jumlah kata yang terbatas, tantangannya cukup berat juga. Ditambah adanya penyesuaian gaya bahasa, pemilihan judul yang tidak kaku, dan tulisan kita bisa diterima semua pembaca,” kata peneliti pada Grup Riset Rekayasa Industri dan Tekno-ekonomi, Fakultas Teknik UNS ini.

Sementara itu, Kadiv PUI TPEL Baterai Lithium Prof. Dr. Wahyudi Sutopo, S.T., M.Si, mengatakan kegiatan Workshop Penulisan Opini dan Karya Ilmiah Populer menjadi bekal bagi akademisi dan peneliti di lingkungan Fakultas Teknik UNS berkaitan dengan topik riset teknologi penyimpanan energi listrik dan aplikasinya untuk mendorong adopsi/difusi elektrifikasi di Indonesia.

“Para peserta workshop ini selanjutnya praktik membuat opini atau karya ilmiah populer untuk diterbitkan di Solopos. Kumpulan tulisan itu nanti akan kami bukukan juga,” ujar Wahyudi Sutopo yang juga Wakil Dekan SDM, Keuangan dan Logistik, FT UNS, ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya