SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Solo (Solopos.com) – Bank Indonesia (BI) berkomitmen menjaga tingkat keamanan uang yang beredar di Tanah Air. Poin tersebut menjadi salah satu pembahasan penting dalam rapat kerja internal BI di Solo Paragon, Senin (17/10/2011).

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Persoalan keamanan uang tersebut, menurut Deputi Gubernur BI, Ardhayadi M, tidak hanya soal melindungi masyarakat dari uang palsu namun juga uang tak layak pakai. Sejauh ini, dia melihat clean money policy yang diterapkan telah berjalan baik. Kondisi uang yang beredar sepanjang awal tahun hingga September tahun ini tercatat bagus. BI berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas uang.

“Uang yang beredar sudah bagus. Kalau sudah bagus, dan jumlah yang beredar mencukupi, kita tidak perlu cetak uang. Saat ini akan kita evaluasi keadaan sepanjang tahun ini,” jelas Ardha sapaannya, saat ditemui wartawan, di sela-sela rapat, Senin. Di sisi lain, BI juga terus melakukan riset dan kajian terkait upaya menjaga keamanan uang.

Di tahun 2011 sendiri, kebutuhan uang tahun 2011 diproyeksi mencapai Rp 171 triliun. Dari jumlah itu, sebagian besar tersedot untuk aktivitas masyarakat selama Lebaran. Selama momen tersebut beredar uang Rp 79 triliun terkonsentrasi di Pulau Jawa. Jumlah itu lebih besar daripada prediksi senilai Rp 61,4 triliun. Meski jumlah uang beredar melebihi prediksi bahkan mencapai 44% lebih besar dibandingkan tahun lalu, Ardha mengatakan secara umum kondisi uang beredar di Tanah Air aman.

Direktur Direktorat Peredaran Uang BI, Mokhamad Dahlan, menambahkan prediksi kebutuhan uang 2011 yang ditetapkan sebesar Rp 171 triliun awal tahun lalu bakal dievaluasi. Dari eveluasi tersebut, pihaknya akan menetapkan apakah perlu dilakukan pencetakan uang lagi. Selain itu rapat juga akan menghitung perkiraan kebutuhan uang di 2012. Seluruh pimpinan kantor BI hadir dalam rapat tersebut. “Oktober kita evaluasi. Berapa riil uang beredar, dikaitkan dengan bagimana suku bunga, bagaimana inflasi, dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto-red). Jadi riil kebutuhan bisa turun, bisa naik,” jelas dia.

tsa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya