SOLOPOS.COM - James Soong (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Ma Ying Jeou (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

TAIPEI – Sabtu, 14 Januari 2012 merupakan hari bersejarah dalam perpolitikan di Taiwan karena lebih 18 juta dari 23 juta penduduknya akan menentukan pilihan tentang siapa presiden mereka yang pantas membawa Taiwan untuk empat tahun ke depan.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Ma Ying-jeou sebagai petahana (incumbent) dari Partai Nasionalis Kuomintang (KMT) berkampanye untuk terpilih kembali menjadi presiden. Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik (DPP) sebagai oposisi utama, dan James Soong, calon independen, bersaing untuk menang dalam pemilihan presiden kelima di pulau ini. Tsai merupakan wanita pertama yang mencalonkan diri dan Soong, politisi senior dan mantan anggota KMT, maju kembali mengikuti pemilihan setelah usahanya gagal dalam pemilihan presiden 2008.

Tsai Ing Wen (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Selain pemilihan presiden, Taiwan menyelenggarakan pemilihan anggota legislatif pada Sabtu dan KMT berjuang untuk meraih mayoritas 64 persen dari 113 kursi yang ada. Kampanye menjelang pelaksanaan pesta demokrasi ini berlangsung relatif tenang, aman tanpa kekerasan dan protes massa yang marah, berbeda dari pemilihan-pemilihan sebelumnya. Poster para calon presiden dan anggota legislatif tidak banyak terlihat di pusat-pusat kota.

Para wartawan asing yang diundang untuk menyaksikan kampanye dan pemilihan itu memperoleh berbagai analisis dari para pakar politik setempat selain dari para calon presiden dan juru bicara mereka soal visi dan misi. Prof Dr Lin Chong-pin dari Universitas TamKang berpendapat bahwa Ma memiliki peluang lebih besar daripada para pesaingnya untuk menang dalam pemilihan presiden. “Berdasarkan survei Presiden Ma berpeluang lebih besar terpilih kembali,” kata Lin dalam percakapan dengan sejumlah wartawan di kediamannya.

James Soong (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Berdasarkan hasil jajak pendapat yang disiarkan pada Selasa (10/1/2012), Presiden Ma, yang terpilih pada 2008 dengan mengusung tema memajukan ekonomi, menunjukkan keunggulannya. United Daily News yang mewawancarai 2.011 orang menyebutkan 40 persen di antara responden akan memberikan suara bagi Ma, 36 persen memilih Tsai dan tujuh persen untuk Soong.

Ma yang kebijakan partainya bersahabat dengan China didukung oleh para calon pemilih berusia baya dan wanita. Angkanya lebih 10 persen dalam dua kategori itu, menurut surat kabar itu. Saluran siaran TVBS News juga melakukan jajak pendapat dengan mewawancarai 1.111 orang responden. Hasilnya Ma tetap unggul dengan dengan meraih dukungan 45 persen, Tsai (37 persen) dan Soong (enam persen). Para pemilih nonpartisan memberikan dukungan kepada Ma sebanyak 35 persen, dibandingkan Tsai (26 persen).

Namun, Ma dan Tsai bersaing ketat berdasarkan survei yang dibuat China Times yang berkedudukan di Taipei, dengan masing-masing 39,5 persen dan 36,5 persen dan margin error sekitar tiga persen. Soong mendapat 5,8 persen dukungan sementara 18,2 persen dari 1.1024 respondedn yang berhak memilih masih belum menentukan suaranya.

Dalam sejarah terkait pemilihan presiden di Taiwan, hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau media mendekati kebenaran. Misalnya, jajak pendapat menjelang pemilihan presiden 2008 mengindikasikan Ma meraih angka 20 lebih tinggi daripada calon DPP waktu itu Frank Hsieh. Berdasarkan penghitungan suara setelah pemilihan, Ma mendapat dukungan 17 persen lebih banyak daripada Hsieh.

Pada 2004, presiden waktu itu Chen Shui-bian dan calon oposisi Lien Chan bersaing ketat dalam jajak pendapat menjelang pemilihan dan Chen keluar sebagai pemenang karena suaranya lebih satu persen. Setelah Presiden Ma memimpin dalam tiga tahun terakhir, sejumlah orang Taiwan dan kelompok oposisi menyalahkannya karena tak cakap mengatasi jurang pemisah kekayaan, kenaikan angka pengangguran dan mengumbar janji.

Dalam jumpa pers kemarin, Ma menepis bahwa dia tidak cakap dalam memimpin Taiwan dan terlalu dekat dengan China Daratan (RRC). Dia mengakui krisis keuangan dunia pada 2008 telah mengganggu ekonomi Taiwan yang bergantung pada pasar ekspor ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Pemerintahnya telah meramalkan pertumbuhan GDP pada 2011 sebesar 4,51 persen, di bawah enem persen yang Ma janjikan empat tahun lalu.

Baik Ma, Tsai maupun Soong telah menyampaikan visi dan misinya selama kampanye termasuk jika terpilih bagaimana menjalin hubungan dengan RRC yang masih memandang Taiwan sebagai provinsinya. Sebagai petahana, Ma mengeluarkan pandangan yang lebih jelas dalam hubungan Taiwan-RRC. Ia akan meneruskan kebijakan ekonominya dan memperluas kerja sama di lintas selat dalam keadaan “status quo” karena milihat dampak positifnya. Dengan demikian Taiwan dan RRC dapat memperoleh keuntungan dari kerja sama tersebut.

JIBI/SOLOPOS/Ant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya