SOLOPOS.COM - Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta, Jumat (15/12/2023). ANTARA/Fath Putra Mulya

Solopos.com, JAKARTA — Pakar komunikasi politik sekaligus direktur Nusakom Pratama Institute Ari Junaedi menanggapi pernyataan Prabowo Subianto di acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Gerindra yang seolah-olah menyinggung pernyataan capres Anies Baswedan terkait kode etik.

Dalam pernyataan tersebut, Prabowo seolah-olah menyinggung pertanyaan dari capres nomor urut 1, Anies Baswedan saat debat perdana yang mempertanyakan perasaan Prabowo soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres pendampingnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik, ndasmu (kepalamu) etik. Saya ingin baik-baik, aku ingin rukun. Aku ingin, mari kita maju untuk rakyat. Anies itu nyerang-nyerang. Dulu mau menjadi menterinya Pak Jokowi, sekarang menyindir Pak Jokowi,” kata Prabowo di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat yang kemudian disambut tepuk tangan oleh kader Gerindra pada Jumat (15/12/2023).

Anies menyebut putusan MK yang memuluskan jalan Gibran Rakabuming sebagai cawapres itu cacat lantaran melibatkan pelanggaran etika berat Ketua MK Anwar Usman saat itu, sebagaimana putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) pada 7 November lalu. Anwar Usman sendiri merupakan Paman dari Gibran dan juga adik ipar dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menanggapi pernyataan Prabowo tersebut, Ari Junaedi mengatakan ucapan Prabowo semakin menunjukkan sifat aslinya yang anti kritik.

“Pernyataan-pernyataan Prabowo baik dalam forum debat maupun dalam forum resmi dan internal partai semakin menunjukkan adanya ketidaksinkronan pola komunikasi yang terbangun di otaknya dengan persepsi ucapannya,” kata Ari melalui keterangannya di Jakarta pada Sabtu (16/12/2023), dilansir Antara.

Dalam psikologi komunikasi, sambung Ari, kondisi seperti Prabowo sangat tidak layak untuk dijadikan pemimpin karena ketidakmampuan olah verbalnya.

“Pelarian dari jawaban yang harus diberikan dalam debat dengan berjoget dan mencibir serta emosional yang tidak tertahankan, sudah lebih dari cukup dari indikasi dari ketidakberesan pengolahan verbal dan non verbal,” ucap Ari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya