SOLOPOS.COM - Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dibantu warga mengangkat besi perangkap berisi sepasang beruang dewasa di perkebunan sawit PT Langgam Inti Hibrindo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (10/3/2015). Pasangan beruang dewasa tersebut rencananya akan dilepasliarkan di kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, Riau, Kamis (12/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Beruang madu dan beruang api di Riau terpinggirkan oleh konsesi hutan untuk lahan perkebunan.

Solopos.com, PEKANBARU — Dua beruang yang masuk perangkap Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau ini di areal perkebunan kelapa sawit PT Langgam Inti Hibrindo, Kabupaten Pelalawan, Riau terbilang mujur. Seekor beruang madu yang masuk perkampungan Dusun Huta Baru, Desa Menaming, Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Senin (9/3/2015) lalu, mati ditombak.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

“Beruang mati setelah dibunuh dengan menggunakan tombak oleh warga,” aku Kapolres Rokan Hulu AKBP Pitoyo Agung. Menurut dia, satwa tersebut adalah jenis beruang madu berwarna hitam dengan semburat bulu berwarna kuning di sekitar dada. Beruang tersebut berkelamin betina dan diperkirakan memiliki berat 80 kilogram.

“Rencananya akan dibawa ke Rimbang Baling karena menilai kondisi hutannya masih bagus.”

Nasib lebih mujur dijalani dua ekor beruang madu di Kabupaten Pelalawan. Kendati tetap dipersalahkan karena dianggap menebar teror oleh pengelola lahan perkebunan yang mengintervensi habitat binatang liar setempat, dua dari lima ekor beruang yang diketahui berkeliaran di lokasi itu tak dibunuh.

“Dua beruang itu dalam kondisi hidup, dan infonya mereka adalah sepasang jantan dan betina dewasa,” ungkap Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Johnny Lagawurin, kepada Antara di Pekanbaru, Senin.

Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dibantu warga mengangkat besi perangkap berisi sepasang beruang dewasa di perkebunan sawit PT Langgam Inti Hibrindo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (10/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dibantu warga mengangkat besi perangkap berisi sepasang beruang dewasa di perkebunan sawit PT Langgam Inti Hibrindo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (10/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Mengejar Pekerja
Johnny menjelaskan, Februari 2015 lalu, pengelola perkebunan melaporkan adanya lima ekor beruang yang berkeliaran. Kehadiran kawanan beruang itu sempat membuat heboh karena kerap mengejar-ngejar pekerja yang tengah memanen sawit, walaupun belum sampai jatuh korban.

“Kemungkinan mereka keluar karena hutan tempat tinggal mereka sudah terbuka.”

Hasil survei petugas BBKSDA juga mendapatkan banyak jejak kaki beruang di sekitar lokasi itu, dan ditengarai merupakan kelompok jenis beruang api yang sifatnya lebih ganas daripada beruang madu.

“Dalam menindaklanjuti laporan itu, akhirnya kami memutuskan memasang perangkap di sana. Saya awalnya pesimistis karena sudah sampai sebulan tidak ada hasil, namun akhirnya pada pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB dapat laporan dari pihak perusahaan bahwa ada dua ekor beruang yang masuk perangkap,” ujarnya.

Dilepasliarkan

Sepasang beruang dewasa yang diperangkap dengan jeruji besi dievakuasi petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dari areal perkebunan sawit PT Langgam Inti Hibrindo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (10/3). (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Sepasang beruang dewasa yang diperangkap dengan jeruji besi dievakuasi petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dari areal perkebunan sawit PT Langgam Inti Hibrindo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (10/3). (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Ia menjelaskan, perangkap yang dipasang adalah berbentuk kandang dari besi berukuran 2 m x 3 m dan tinggi 1,5 m. Pintu perangkap dihubungkan dengan tali yang salah satu ujungnya dikaitkan ke umpan.

“Umpan yang kami letakkan itu bermacam-macam makanan, tapi kami juga memasukkan madu dan minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang sangat disukai oleh beruang. Jadi ketika beruang itu memakan umpan, secara otomatis pintu perangkap tertutup,” katanya.

Untuk selanjutnya, ia mengatakan petugas mendatangkan dua kandang transit untuk merelokasi beruang tersebut. Rencananya, beruang itu akan dilepasliarkan di Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling.

“Rencananya akan dibawa ke Rimbang Baling karena menilai kondisi hutannya masih bagus dan di sana adalah habitat dari beruang madu,” ujarnya.

Hanya saja, pihaknya masih akan menempatkan perangkap di areal perusahaan sawit tersebut karena laporan awal menyebutkan ada lima ekor beruang yang berkeliaran. Johnny menduga satwa liar yang dilindungi itu terpaksa berkeliaran di kebun sawit karena hutan habitatnya di Pelalawan makin menipis setelah berganti rupa menjadi permukiman, kebun sawit, dan hutan tanaman industri.

Habitat Menyempit
Menurut dia, kuat dugaan kawanan beruang liar itu selama ini terjebak di habitat hutan yang makin mentempit oleh konsesi hutan tanaman industri (HTI) milik perusahaan yang berbatasan dengan areal sawit PT Langgam Inti Hibrindo. Kehidupan mereka makin terancam saat perusahaan mulai memanen tanaman akasia di HTI sehingga terpaksa eksodus ke kebun sawit.

“Kemungkinan mereka keluar karena hutan tempat tinggal mereka sudah terbuka, dan secara kebetulan tempat terdekat adalah kebun sawit PT Langgam,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya