SOLOPOS.COM - Ilustrasi aplikasi Wechat dan Tiktok di antara bendera Amerika Serikat dan China. (Reuters-Florence Lo)

Solopos.com, BEIJING — Dengan alasan menangkal perundungan negara, China menggagas pengamanan data global sekaligus menggalang kekuatan negara-negara lain menghadapi AS. China, Selasa (8/9/2020), mengumumkan inisiatif pembangunan standar global menyangkut keamanan data itu.

China berkilah pihaknya ingin mempromosikan multilateralisme pada masa negara-negara individual merundung negara lain serta memburu perusahaan. "Pengaturan keamanan data global yang merefleksikan harapan semua negara dan menghormati kepentingan semua pihak harus diraih dalam dasar partisipasi universal oleh semua pihak," papar Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Pengumuman tersebut disampaikan oleh Wang, satu bulan setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan sedang membersihkan aplikasi China yang disebutnya tidak terpercaya. Langkah itu dilaksanakan AS di bawah program bernama Clean Network (Jaringan Bersih).

Drama Serah Terima Suami ke Pelakor Viral di Tiktok

"Beberapa negara individual tengah secara agresif mengejar unilateralisme, memercikkan air kotor kepada negara lain dengan dalih 'kebersihan', dan melakukan perburuan global terhadap perusahaan terkemuka dari negara lain dengan dalih keamanan," ujar Wang.

China menyebut langkah semacam yang dilakukan AS itu berpotensi merundung negara lain. "Ini adalah jelas-jelas perundungan, dan harus dilawan dan ditolak," kata dia menambahkan.

Inisiatif China itu menyerukan perusahaan-perusahaan teknologi untuk mencegah adanya celah pada produk dan jasa yang memungkinkan data mereka diperoleh secara ilegal, juga meminta para peserta untuk menghormati kedaulatan, yurisdiksi, dan hak pengelolaan data negara lain.

Lubang Raksasa Muncul di Siberia, Dalamnya 50 M

China juga menyerukan para peserta untuk tidak terlibat dalam pengawasan skala besar terhadap negara-negara lain atau secara ilegal mengambil informasi warga negara asing. Cara-cra itu terbuka dalam kerangka teknologi informasi.

Tak Terperinci

Namun, pengumuman itu tidak menyebutkan keterangan terperinci mengenai alasan pembentukan inisiatif tersebut. China juga tidak memerinci negara-negara mana saja yang telah bergabung untuk menanggapi langkah AS tersebut.

China sendiri mengawasi dan menyensor secara ketat ruang siber negaranya melalui Tembok Api Besar (Great Firewall). Program itu adalah sebuah pembatasan akses dalam negeri terhadap perusahaan-perusahaan media sosial yang berbasis di AS, seperti Twitter, Facebook, dan Google.

5 Satwa Langka Bangkit dari Ancaman Kepunahan

Sementara itu, pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump telah mengambil langkah terhadap perusahaan besar asal China, seperti Huawei Technologies, Tencent Holdings, dan ByteDance yang memiliki TikTok, atas alasan keamanan nasional dan kekhawatiran soal pengumpulan data pengguna.

Perusahaan-perusahaan itu menyangkal tuduhan AS. AS telah memblokade ekspor untuk Huawei dan berencana melarang TikTok di negaranya pada September, kecuali ByteDance menjual hak operasional media berbagi video singkat tersebut di AS.

Ini sepertinya babak baru perang dagang China-AS. China sedang menggalang kekuatan untuk memperkuat posisinya dalam perang itu.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya