SOLOPOS.COM - TABUNGAN BTN- Peserta menampilkan pementasan kesenian saat acara Peluncuran Tabungan BTN Cermat, di Kelurahan Serengan, Solo, Senin (27/2). Bank Tabungan Negara (BTN) bekerja sama dengan World Saving Bank Institute (WSBI) memasarkan produk, Tabungan BTN Cermat, untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS

TABUNGAN BTN- Peserta menampilkan pementasan kesenian saat acara Peluncuran Tabungan BTN Cermat, di Kelurahan Serengan, Solo, Senin (27/2). Bank Tabungan Negara (BTN) bekerja sama dengan World Saving Bank Institute (WSBI) memasarkan produk, Tabungan BTN Cermat, untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS

Sutiman sama sekali tak menyangka bahwa dirinya akhirnya bisa memiliki rumah sendiri. Padahal, ia hanyalah seorang keamanan di sebuah perusahaan swasta di Kota Bengawan. Gajinya pun terbilang pas-pasan. Sekadar cukup untuk makan bersama isteri setiap harinya. Sisanya, ia pakai untuk membayar angsuran motor serta bayar kos. “Istri saya di rumah tak kerja. Kebetulan memang belum punya anak sih,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Namun, istri Sutiman rupanya memiliki jiwa menabung. Meski penghasilan sang suami hanya sekelas upah minimum kota (UMK), namun selalu saja ada uang yang disisihkan untuk ditabung. “Istri saya punya prinsip, menabung itu sama pentingnya dengan makan. Jadi, tak boleh diremehkan,” kata Sutiman.

Hari pun berganti hari. Perputaran waktu seakan ikut menentukan masa depan pria jebolan SMA ini. Tak terasa, usia perkawinan mereka pun telah menapaki tahun kelima. Di usia perkawinan yang masih belia itulah, pria perantau dari Semarang, Jawa Tengah ini merasakan seperti menerima kado istimewa dari sang istri. Rupanya, tabungannya di bank yang dikelola istrinya selama ini telah mencapai angka Rp10 jutaan. “Saya nyaris tak percaya. Seumur-umur, baru kali ini punya uang sebanyak itu,” kisahnya.

Berbekal uang itu, lekaki 32 tahun ini mulai mencari kredit perumahan sederhana di daerah terdekat di Solo. Melalui seorang rekannya yang bekerja di perumahan bersubsidi, Sutiman akhirnya bisa memiliki rumah sendiri meski sederhana. “Rasanya lega punya rumah sendiri. Sama-sama bayar per bulan, tapi kan sudah rumah sendiri,” jelasnya.

Sejarah hidup itulah yang menyadarkan Sutiman betapa hidup ini sesungguhya tak ada yang mustahil. Dan rumah baru yang ditempati Sutiman sekarang ini adalah bukti bahwa menabung sama pentingnya dengan menarik napas.

“Itulah sebabnya, orang-orang yang berpandangan jauh ke depan, selalu mengutamakan menabung ketimbang belanja dan bersenang-senang,” kata Ach Chaerul Hadi, Kepala Kantor PT Pos Indonesia (Persero) Solo, Rabu (7/3/2012).

Ya, menabung bagi sebagian masyarakat memang masih dianggap kebutuhan kedua, ketiga atau bahkan bisa ditunda. Mereka mungkin lupa bahwa spirit menabung sesunguhnya ialah belajar mengelola kekayaan dengan bijak. Dengan menabung, orang jadi tahu mana kebutuhan yang prioritas dan mana yang sekadar keinginan. Dan dengan melatih menabung, orang akan jadi lebih menghargai sesuatu yang dibelinya.

“Ciri khas orang yang gemar menabung ialah benci pemborosan dan hutang. Karena, itu menyusahkan orang lain,” lanjutnya.

Kisah keberhasilan Sutiman adalah contoh sederhana bahwa menabung itu tak harus berkantong tebal. Karena, kunci keberhasilan menabung sesungguhnya bukan terletak pada kemapaun finansial seseorang. Melainkan, pada kemauan dan kemampuannya mempriotaskan kebutuhan hidupnya.

Tahun 2010 lalu, survai yang dilakukan bank sentral menemukan fakta bahwa sekitar 62% rumah tangga di Indonesia belum memiliki tabungan sama sekali. Realita ini sejalan dengan hasil survai Wold Bank 2010 yang menyatakan hanya separuh penduduk yang memiliki akses ke sistem keuangan formal. Dengan kata lain, lebih dari setengah penduduk Indonesia sesungguhnya terbatasi kemampuannya untuk terhubung dengan kegiatan produktif lainnya. “Itu bisa karena tingkat pendididkan masyarakat yang masih rendah, budaya konsumtif yang tinggi, atau enggan menabung di bank karena tingginya biaya administrasi,” terang Chaerul.

Berangkat dari kenyataan itulah, Tabungan BTN Cermat mencoba menembus problematika di atas. Melalui kegiatan ibu-ibu PKK, BTN pun mengampanyekan budaya menabung dari lingkungan yang terkecil RT/ RW. Selain bisa mengurangi budaya konsumtif masyarakat, dengan menabung juga mampu mengontrol peredaran uang agar tak terjadi inflsi yang tinggi.

“Kenapa menyasar ibu-ibu PKK? Karena, ibu-ibu itu biasanya konsumtif, namun mereka juga yang mengendalikan keuangan keluarga,” jelas Chaerul sambil menargetkan 1 juta nasabah baru se-Jawa Tengah (Jateng).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya