SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Di tengah ketidakpastian seputar isu Artalyta akan dipindahkan dari Rutan Pondok Bambu, beredar surat kaleng. Surat tersebut diberikan seorang pengunjung rutan kepada wartawan.

“Ini surat dari napi di dalam buat wartawan,” ujar seorang perempuan sambil menyerahkan surat yang ditulis tangan di selembar kertas sambil berlalu, di Rutan Pondok Bambu, Jl Pahlawan Revolusi, Jakarta Timur, Rabu (13/1).

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Berikut isi surat kaleng tersebut:

Kepada: Seluruh Stasiun Teve

Kami mewakili teman-teman yang ada di dalam rutan Pondok Bambu untuk memberitahukan masalah ketidakadilan hak yang diterima oleh para penghuni yang tidak memiliki uang.

Pokok-pokok masalahnya adalah:

1. Para petugas Kamp yang amat sadis dan kejam yang selalu menghukum dengan memukul jika kami diketahui menggunakan HP dan di masukan ke Selti (Sel tikus, Yang ruangannya sempit en kotor), selama hampir 2 minggu lalu kami di masukan ke karantina kembali dengan biaya 1-2 Juta jika kami ingin balik ke kamar Sel kami yang semula.

2.Jika kami sehabis terima kunjungan dan mau masuk kamar sel kami, masing-masing kami dimintai uang masuk setiap x Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per orang. Jadi jika kami dikunjungi pagi dan malam berarti per orang Rp 5.000-10.000 x 2.

3. Lalu dalam pengurusan Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Bersyarat (CB) diregister kami dimintai uang Rp 1.000.000-3.000.000 per orang, yang setahu kami untuk pengurusan hal tersebut tidak ada biaya. Untuk pengurusan PB, CMB, CB kami harus mengeluarkan dana tapi masih harus menunggu sekalipun sudah lewat dari tanggal kepulangan yang sudah ditentukan sehingga remisi yang di berikan rutan secara formal tidak berlaku dengan alasan belum turun SK dari Dirjen, padahal kenyataannya setelah dicek oleh pihak keluarga berkas tersebut masih dalam tumpukan sehingga kepulangan kami pun masih harus melalui proses yang panjang dan seharusnya itu hak Napi yang memang diabaikan oleh instansi yang bersangkutan.

Pertanyaan kami, gimana nasib teman-teman kami yang berasal dari keluarga tidak mampu jika di dalam Rutan ini harus segala sesuatu diuangkan. Kami tidak seperti Arthalita yang mempunyai uang yang sangat banyak.

Tolong berikan peringatan atau ditindak keras untuk para petugas yang bekerja di dalam Rutan Pondok Bambu.

Terima Kasih

(Dirahasiakan Sumbernya)

Kebenaran isi surat tersebut belum dapat dikonfirmasikan dengan pihak-pihak terkait. Perempuan yang memberikan surat tersebut juga sudah tidak diketahui lagi keberadaannya.

dtc/isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya