SOLOPOS.COM - Ely asal Malang, Jawa Timur (kanan) saat diwawancarai Sudarso Arief Bakuama. (Thayyibah channel)

Solopos.com, MALANG — Elly Wahyuningtias tetap berharap uang Rp10 juta yang ia investasikan dalam patungan usaha Ustaz Yusuf Mansur bisa kembali kendati dirinya tidak memiliki sertifikat sebagai bukti kepesertaan.

Elly mengandalkan hasil print bukti transfer pada Januari 2013 sebagai bekal untuk menagih Yusuf Mansur.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Ibu rumah tangga asal Kedongkandang, Kota Malang, Jawa Timur ini masuk dalam 12 investor yang menggugat Yusuf Mansur ke Pengadilan Negeri Tangerang.

Selain dia, para penggugat atas nama Lilik Herlina, Siti Khusnul Khotimah, Aan Yuhana, Norlinah, Yun Dwi Siswahyudi, Tri Restutiningsi, Nur’aini, Atikah, Tommy Graha Putra, Umi Latifah, dan Nanang Budiyanto.

Bukan hanya Yusuf Mansur, mereka juga menggugat PT Inext Arsindo selaku pemilik Hotel Siti serta pengusaha asal Kota Solo, Jody Broto Suseno.

“Saya ikut menuntut, janjinya ada investasi ada untung. Seandainya usaha ini gagal kan ada aset, setiap tahun tidak turun, mesti ada lebih, saya takut ada usaha bodong lagi,” ujar Elly saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Thayyibah.com, Sudarso Arief Bakuama dan dikutip Solopos.com, Sabtu (8/1/2022).

Pemilik salah satu hotel di kawasan Bromo, Malang, Jawa Timur ini sebenarnya ngefans berat dengan Ustaz Yusuf Mansur. Ia mengikuti pengajian dai kondang itu sejak 2008.

Baca Juga: Digugat Beruntun, Ini Jawaban Lengkap Ustaz Yusuf Mansur 

Saking percayanya, ia bahkan sempat menyedekahkan sebuah mobil Grand Livina kepada Yusuf Mansur untuk keperluan dakwah Wisata Hati di Surabaya. Ia juga sempat mengikuti patungan usaha hotel dengan mengirim uang senilai Rp10 juta.

Kini kekagumannya itu berubah menjadi kekecewaan berat lantaran program investasi Yusuf Mansur tidak profesional dan tanpa transparansi.

“Habis transfer sekitar Januari 2013 tidak dikasih tanda bukti. Bahkan saya tahunya ada sertifikat setelah ramai-ramai kasusnya,” ujar perempuan paruh baya itu.

Ely tinggal di Kedongkandang, Kota Malang. Dirinya mulai mengikuti ceramah Yusuf Mansur pada tahun 2008. Tak hanya melihat di televisi, Ely selalu datang jika Yusuf Mansur berceramah di Kota Malang.

“Kalau beliau di Malang saya selalu ikut (pengajian). Di Surabaya saya juga beberapa kali datang,” ujarnya.

Ely terhipnotis dengan ceramah-ceramah sedekah Yusuf Mansur. Karenanya, di suatu pengajian di Surabaya pada 2019 ia seketika menyedekahkan mobil Grand Livina miliknya yang baru ia beli setahun sebelumnya.

“Saya seperti terhipnotis. Saya langsung acungkan tangan dan sedekah mobil. Dua bulan setelahnya baru timnya datang mengambil mobil dan BPKB,” katanya.

Kepercayaan tinggi kepada dai kondang itu pula yang membuat dirinya tidak ragu saat program patungan usaha dan patungan aset digaungkan Yusuf Mansur.

“Memang waktu itu ekonomi naik turun, saat itu saya sedang naik. Saya pikir kalau saya punya investasi di luar usaha sendiri, kalau seandainya ada kerugian kan ada cadangan. Saya percaya aja karena yang omong kan seorang ulama, jamaahnya di mana-mana,” katanya.

Awalnya ia tidak melihat ada sesuatu yang salah dalam program tersebut. Namun lambat laun ia merasa proyek penggalangan dana dari umat itu jauh dari kata profesional.

Ia mengaku tidak mendapat tanda terima setelah mentransfer uang Rp10 juta ke rekening BCA atas nama Yusuf Mansur. Janji bagi hasil bulanan yang digaungkan ustaz itu juga tidak penah ditepati.

Baca Juga: Yusuf Mansur Ingin Kuliah Hukum Gara-Gara Digugat Beruntun 

“Gak dikasih (sertifikat). Sekarang malah baru tahu kalau ada sertifikat. Saat itu pemberitahuan
oh sudah diterima’ pun tidak ada,” katanya.

Ely mengaku bukti transfer ke rekening BCA milik Yusuf Mansur itu masih ia simpan dengan baik.

Sama dengan para investor yang lain, ia berharap uangnya bisa kembali karena kondisi ekonomi keluarganya tidak sedang baik-baik saja.

“Jujur sekarang sedang tidak baik. Saya menganggur, suami juga tidak kerja. Usaha hotel di Bromo tutup selama pandemi Covid-19. Kami kehabisan duit. Usaha supermarket di dekat Bromo juga Uang investasi itu benar-benar saya harapkan, apalagi kondisi sekarang. Istilahnya saya sekarang hanya jadi guru ngaji. Dulu mikirnya kalau investasi menghasilkan kan jadi banyak,” katanya.



Upaya ia tempuh dengan mendatangi Pondok Pesantren Daarul Quran Malang guna memperjelas nasib investasi yang ia tanam. Namun perwakilan Daarul Quran Malang menyatakan tidak tahu menahu tentang program investasi yang digelar Yusuf Mansur.

“Saya sudah mencari sejak tahun itu, bagaimana investasi ini, dapat berapa persen, sebulan sekali atau setahun. Tapi Daqu Malang tidak tahu. Mereka bilang tidak tahu. Bahkan pernah ada grup patungan usaha, saya masuk. Oh sudah grupnya, sudah aman, saya gak pernah komen. Tiba-tiba kok pada habis, tinggal namanya aja,” katanya.

Dalam kesempatan sebelumnya, Ustaz Yusuf Mansur berjanji akan menyelesaikan semua yang menjadi kewajibannya. “Yusuf Mansur masih berdiri, ada di sini. Tidak ke mana-mana. Silakan yang ada data. Tapi jangan hanya ngaku-ngaku. Kalau ngaku-ngaku mah ke polisi aja,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya