SOLOPOS.COM - ilustrasi (Burhan Aris Nugraha/JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO– Pengamat sepak bola yang juga mantan Pelatih Persis Solo dan  Persiba Bantul, Eduard Tjong mengatakan solusi tepat untuk mengatasi bentrokan antar suporter agar tak terjadi lagi sebenarnya terletak pada masing-masing pihak.

Seperti diberitakan, bentrokan antara supporter kerap mewarnai pertandingan sepakboa di Indonesia, tidak hanya pada kompetisi sepak bola professional, namun juga liga amatir yang melibatkan sejumlah sekolah, seperti yang terjadi di Solo, belakangan.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Banyak pihak yang seolah sudah angkat tangan menyelesaikan persoalan yang terus berulang ini. Bahkan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo ikut turun ke lapangan untuk meredam bentrokan antar  kubu suporter The Jakmania yang merupakan pendukung Persija, dan Viking yang merupakan pendukung Persib di Stadion Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, akhir Agustus lalu. Eduard kepada Solopos FM dalam sesi Dinamika103, Sabtu (7/9/2013) berpendapat, akar permasalah seputar bentrok antar suporter terletak pada kesadaran masing-masing.

“Solusi untuk meminimalisir bentrok, tampaknya sulit. Komunikasi sebenarnya sudah dibangun antara klub dan suporter, termasuk juga dari segi pengamanan. Menurut saya, itu semua tergantung kesadaran masing-masing. Selama belum tumbuh kesadaran itu, mustahil kericuhan dalam pertandingan sepak bola, akan bisa diminimalisir”, ungkap Eduard.

Lebih lanjut diungkapkan Eduard, meski sudah terjadi berulang kali, namun tidak ada pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini. Hal ini dibuktikan dengan rentetan peristiwa serupa yang terus terjadi. Dirinya justru mengkhawatirkan, jika bentrok terus terjadi di pertandingan selanjutnya, maka kompetisi sepakbola di Indonesia akan diberhentikan.

Sementara sejumlah warga memilik pendapat beragam tentang bentrok suporter bola. Warga Karanganyar, Bas mengusulkan untuk dibuat ruang terpisah bagi masing-masing suporter. “Buat saja ruang terpisah bagi masing-masing suporter bola hingga mereka tidak dapat melihat satu sama lain.

Kemudian setiap suporter bisa nonton bareng klub kesayangan mereka berlaga melalui layar lebar”, tandas Bas. Warga Sukoharjo, Tomo menilai, kerusuhan sepakbola harus ditengahi bahwa sepakbola dan olahraga apapun adalah supaya jasmani dan rohani sehat. Bukan untuk mewakili kelompok atau daerah lain sebagai kekuatan fisik mereka semua. Lain lagi dengan warga Sragen, Aman yang  mengusulkan, klub untuk melakukan pembinaan terhadap suporter, karena suporter merupakan aset sebuah klub.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya