SOLOPOS.COM - Benteng Keraton Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. (Istimewa/wonderfulimages.kemenparekraf.go.id)

Solopos.com, BAUBAUBenteng Keraton Buton merupakan salah satu benteng tertua di Indonesia yang terletak di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Benteng ini tepatnya terletak di atas Bukit Wolio, maka dari itu juga sering disebut dengan Benteng Wolio atau Benteng Keraton Buton Limbo Wolio. Benteng ini merupakan peninggalan dari Kesultonan Buton.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Menurut indonesia.go.id yang diakses pada Jumat (21/7/2023), benteng ini memiliki luas 23,375 hektare dan panjang keliling tembok mencapai 2.740 meter.

Pada September 2006, Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) bersama guinness book of world record menetapkan Benteng Keraton Buton sebagai bangunan pertahanan terluas di dunia.

Kerajaan Buton berubah menjadi Kesultanan Buton pada tanggal 17 Oktober 1541 dengan dilantiknya Lakilaponto sebagai Sultan Buton I yang bergelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis.

Benteng Keraton Buton dibangun pada abad ke-15 saat masa pemerintahan Sultan Buton ke-III, yaitu La Sangaji. Benteng ini selesai dibangun pada tahun 1645 saat masa pemerintahan Sultan Buton ke-VI, yaitu La Buke.

Tujuan pembangunan benteng ini untuk menjadi perlindungan dan pertahanan Kesultanan Buton dalam menghadapi penjajah Portugis dan serangan bajak laut.

Pada masa pemerintahan La Elangi yang bergelar Sultan Danayu Ikhsanuddin sebagai Sultan Buton IV, tumpukan batu tersebut dijadikan sebagai bangunan benteng permanen.

Pembangunan Benteng Keraton Buton dilaksanakan masyarakat pribumi menggunakan susunan batuan karst. Konon, batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir, dan kapur.

Benteng ini dibangun dengan ketinggian 1-8 meter dan ketebalan 0,5-2 meter, menyesuaikan dengan kontur tanahnya dan terletak 100 meter di atas permukaan laut. Benteng ini dibangun mengelilingi tiga dusun, yaitu Baluwu, Peropa, dan Dete di Kelurahan Melai, Kecamatan Wolio.

Terdapat empat buah pos pengintai atau boka-boka, 12 buah lawa atau pintu gerbang, 16 benteng kecil atau baluara, parit, dan persenjataan berupa badili atau meriam yang panjangnya sama seperti buatan Portugis dan Belanda.

Selain itu, di dalam benteng juga terdapat Masjid Agung atau sering disebut Masigi Ogena, istana sultan atau kamali, makan-makan sultan serta pejabat tinggi, dan rumah adat malige.

Kesultanan Buton juga memiliki bendera kesultanan berbentuk segitiga, disebut dengan longa-longa yang dikibarkan dengan Sulana Tombi. Sulana Tombi merupakan tiang bendera yang tingginya 21 meter, terbuat dari kayu jati, dan diletakkan di halaman Masjid Agung.

Tiang ini dibangun pada tahun 1712 pada masa Sultan Buton Sakiuddin Darul Alam. Selain tiang kayu, di halaman Masjid Agung juga terdapat jangka raksasa dari kapal dagang VOC yang karam di perairan Buton pada tahun 1592.

Hingga saat ini, ada perkampungan dengan rumah-rumah tradisional yang dihuni oleh 700 kepala keluarga dan terhubung langsung dengan lingkungan istana melalui lawa.

Kini, di wilayah bekas Kesultanan Buton berdiri beberapa kabupaten dan kota, di antaranya yaitu Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Muna Barat, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Buton Selatan, dan Kota Baubau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya