SOLOPOS.COM - Ketua Pansus RUU Pemilu Lukman Edy (kedua kanan) menyerahkan laporan hasil kerja kepada pimpinan sidang, Fadli Zon (tengah), disaksikan Ketua DPR Setya Novanto (kedua kiri), Agus Hermanto, Taufik Kurniawan, dan Fahri Hamzah saat Rapat Paripurna ke-32 masa persidangan V tahun sidang 2016-2017 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/7/2017). (JIBI/Solopos/Antara/M Agung Rajasa)

Fadli Zon menuding Presiden Jokowi salah logika menanggapi pernyataan Prabowo Subianto soal presidential treshold 20%.

Solopos.com, JAKARTA — Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menganggap Presiden Joko Widodo (Jokowi) salah persepsi atas pernyataan Prabowo Subianto yang menyebut presidential threshold 20% pada UU Pemilu sebagai lelucon politik.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

“Itu yang justru saya katakan Pak Jokowi ini enggak nyambung logikanya. Kenapa tidak ramai dua kali periode, karena pemilunya tidak serentak. Pemilu legislatif dulu baru pilpres,” ujarnya di Gedung DPR, Senin (31/7/2017).

Menurutnya, di masa lalu, hasil pemilu legislatif lebih dulu diketahui sebelum pilpres. Pada 2019, pemilu legislatif dan pilpres dilakukan serentak. “Sehingga mau pakai threshold yang mana? Ini logika sederhana ini elementer. Menurut saya salah logika itu,” ujarnya di Kompleks Parlemen, Senin (31/7/2017).

Dia juga membantah bahwa presidential threshold 0% akan membuat gaduh. “Salah itu. Itu waktu Pak Jokowi dan Ahok didukung di Jakarta juga minoritas dari sisi DPR-nya. Tidak ada masalah. Jadi menurut saya, itu tidak akan berpengaruh kepada dukungan di parlemen karena kita bukan sistem oposisi murni,” katanya.

Fadli juga menegaskan bahwa argumentasi threshold yang sudah pernah dipakai. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sangat diperlukan untuk melahirkan presiden yang berkualitas serta memiliki dukungan mayoritas parlemen.

Pernyataan Presiden Jokowi itu menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, yang menyebut presidential treshold adalah lelucon untuk membodohi rakyat. Baca juga: Presidential Treshold 20% Sejak 2009, Jokowi: Kok Baru Ramai Sekarang?

“Coba bayangkan, saya ingin berikan contoh. Kalau 0 persen, kemudian satu partai mencalonkan, kemudian menang, coba bayangkan nanti di DPR, di parlemen,” kata Jokowi saat dicegat wartawan usai menghadiri peluncuran program pendidikan vokasi dan industri, di Cikarang, Jumat (28/7/2017).

Jokowi mengatakan, dia yang awalnya didukung 38% kekuatan parpol di parlemen saja kewalahan. Apalagi, jika presiden yang terpilih memiliki kursi yang sangat minim di parlemen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya