SOLOPOS.COM - Dokumentasi pekerja mendorong drum berisi BBM yang dibawa melintasi Danau Paniai setibanya di Kampung Obano, Distrik Paniai Barat, Papua. Sesampainya di permaga Paniai, BBM di dalam truk kemudian dipindahkan ke dalam drum-drum besar untuk dibawa melintasi Danau Paniai menuju Kampung Obano, kemudian disalurkan ke SPBU Kompak di sana. ANTARA FOTO/Akbar N Guma

Solopos.com, WAMENA — Personel Kepolisian Resor Jayawijaya, Provinsi Papua, baru menyelidiki kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di tingkat pengecer yang mencapai Rp50.000 per liter dan sudah berlangsung satu pekan lebih.

Kepala Polres Jayawijaya, AKBP Muh. Safei, saat di Wamena, Minggu (5/12/2021), mengatakan jika polisi mendapati warga menjual dengan harga lebih dari Rp18.000/liter maka pengecer itu pasti ditindak.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

“Saat ini anggota reserse sedang melakukan penyelidikan, bagi yang menaikkan harga dari enceran yang sebenarnya yang Rp18.000/liter ada yang menjual sampai Rp50.000/liter, yakin dan percaya dia ditutup,” katanya.

Rata-rata pengecer BBM yang menjual Pertalite dengan harga Rp20.000, Rp25.000, Rp35.000, hingga Rp50.000 per liter ini tidak memiliki izin.

“Yang eceran tidak punya izin, dari segi kemanusiaan bolehlah dia melakukan penjualan enceran sepanjang tidak merugikan orang banyak. Artinya dia mencari hidup, kemudian harganya tidak terlalu jauh dari standar yang ada di APMS,” katanya.

Sebelumnya Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua, mengakui BBM di tingkat pengecer masih ada namun disembunyikan karena pemilik tidak mau mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp15.000 per liter untuk Pertalite.

Baca Juga: Woow! Harga BBM Pertalite di Sorong Tembus Rp50.000/liter 

“Semua pengecer BBM subsidi ini menyimpan BBM mereka untuk bisa menaikkan harga BBM di Wamena karena tidak mau mengikuti aturan pemerintah,” katanya

Warga Jayawijaya, Deni Alvin Tonjauw, mengakui mendapati Pertalite dijual dengan harga Rp50.000 per liter. “Saya beli di depan Pasar Potikelek itu dua liter Rp100.000,” katanya.

Berdasarkan pantauan ANTARA, pengecer pertalite di pusat kota tiba-tiba sepi tidak terlihat setelah mendengar pemerintah mengharuskan mereka menjual dengan harga Rp15.000 per liter.

Sebelum ada kebijakan pemerintah tentang harga pengecer ini, jumlah pengecer mencapai 2.000 lebih dan sangat mudah ditemui di sepanjang jalan di pusat ibu kota kabupaten.

Hingga Minggu, (5/12/2021) warga Jayawijaya masih kesulitan mendapatkan Pertalite sebab pengecer masih menyembunyikan jualan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya