SOLOPOS.COM - Ilustrasi bawang putih (JIBI/Solopos.com/Dok.)

Ilustrasi bawang putih (Dok/JIBI)

SOLO—Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Armida S Alisjahbana menilai kenaikan harga bawang putih belakangan ini murni karena ada persoalan demand dan supply.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Kenaikan harga bawang putih, menurut Armida, memang menjadi perhatian sendiri bagi Bappenas, karena kenaikan harga bawang putih itu erat kaitannya dengan pencapaian inflasi.

Dia mengatakan, dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) saat ini, hanya ada lima komoditas yang menjadi komoditas strategis. Kebetulan, bawang putih tidak termasuk dalam komoditas strategis. Lima komoditas strategis itu adalah beras, gula pasir, kedelai, jagung dan daging sapi.

“Untuk beras, pemerintah memiliki target baru untuk menuju surplus beras 10 juta ton per tahun, mulai tahun 2014 atau 2015,” kata Armida, kepada wartawan, di UNS, Jumat (15/3/2013).

Dia melanjutkan, masalah kenaikan bawang putih yang mencapai Rp57.000 per kilogram menjadi kewenangan Kementerian Perdagangan. “Karena itu ada kaitannya dengan impor. Kami berharap, untuk kementerian terkait bisa memberikan prioritas terhadap kebutuhan pangan khususnya hortikultura. Untuk bawang putih, masalah paling mendasar adalah suplai dan permintaan yang tidak seimbang.”

Mau tidak mau, dengan kondisi yang ada saat ini, maka untuk memenuhi kebutuhan bawang putih masih harus mendatangkan dari luar. “Jadi kemarin ada proses impor yang tidak lancar.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya