SOLOPOS.COM - Pengunjuk rasa yang tergabung dalam "Solidaritas untuk Rakyat Ukraina" melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Jumat (4/3/2022). Dalam aksinya tersebut mereka menyerukan untuk menyetop operasi militer Rusia terhadap Ukraina dan diwujudkannya perdamaian. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.

Bisnis.com, JAKARTA – Invasi Rusia di Ukraina telah membuat banyak banyak pelajar terjebak di Kota Sumy sehingga kekurangan air bersih dan makanan.

Tercatat ada sekitar 1.200 pelajar internasional yang terjebak di Kota Sumy dan mengharapkan bantuan seperti evakuasi dan pangan.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Bisnis mengutip The Guardian, Selasa (8/3/2022) siswa yang terkepung di Sumy telah kehabisan air, kadang-kadang mereka mendidihkan es untuk mereka minum, dan juga kehabisan makanan.

Dalam keputusasaan, mereka banyak yang berpikir untuk melakukan perjalanan berbahaya ke luar kota ke Poltava, 110 mil ke selatan.

Baca Juga: Dubes Ukraina dan Dubes Rusia Datangi Kantor PBNU, Ini Kata Gus Yahya

Salah satu koordinator mahasiswa di Sumy State University bernama Renish Joseph mengatakan sudah tidak ada air mengalir di asrama selama berhari-hari dan ketegangan semakin tinggi.

Terlebih dua tahun dihadapkan dengan Covid, mereka langsung dihadapkan lagi dengan invasi ini dan membuat mental siswa tidak karuan.

“Hal-hal buruk terjadi di sini, besok adalah hari ke-14. Terdapat siswa yang baru berusia 17 atau 18 tahun, ini adalah pertama kalinya dalam hidup mereka menghadapi situasi seperti ini. Perang ini terjadi setelah dua tahun berhadapan dengan Covid-19 sehingga fisik dan mental para siswa sangat tertekan dan sangat lelah,” ucap Joseph seperti dikutip Solopos.com.

Selain itu, Joseph mengatakan para siswa yang berada di asrama Kota Sumy sudah mulai yang terkena masalah psikologis yang buruk.

Baca Juga: Hari Ke-13 Invasi Rusia ke Ukraina, Begini Situasinya

Pada malam hari, mereka akan mulai menangis atau mondar-mandir. Tanpa air mengalir untuk diminum, mandi atau toilet,

Joseph mengatakan para siswa bergantung pada sukarelawan yang datang ke asrama setiap hari dengan ribuan liter air.

“Para siswa mengumpulkannya dalam botol air dan menggunakannya untuk segala hal, minum dan kebersihan pribadi. Ini sangat membuat putus asa,” pungkasnya.

Dia mengatakan mereka pergi keluar untuk makan di pagi hari tetapi harus mengantri berjam-jam di luar supermarket dalam suhu beku dan persediaan makanan di dalam toko hampir habis.

Baca Juga: NATO, Pemicu Konflik Rusia-Ukraina

Sejauh ini, Jospeh mengatakan pertempuran tetap terjadi di pinggiran Sumy dan tidak di kota tetapi dia khawatir bahwa persepsi di antara penduduk setempat bahwa siswa asing mungkin kaya dapat membahayakan mereka.

Di sisi lain, tentara Ukraina telah memperingatkan siswa yang mencoba pergi untuk tinggal di asrama. Perjalanan melewati pinggiran Sumy ke Poltava akan membahayakan para siswa tersebut, terlebih masih ada gencatan senjata di pinggiran Kota Sumy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya