SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarang--Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, Ramon Mohandas, mengatakan banyak mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Belanda enggan melaporkan diri karena keterbatasan waktu dan biaya.

“Setiap tahun, setidaknya ada sekitar 300 mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda, namun tidak lapor kepada kami,” katanya saat melakukan audiensi dengan mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang, di Kota Semarang, Jumat (22/10).

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Menurut dia, setiap warga negara Indonesia yang pergi ke luar negeri, termasuk dalam rangka belajar, wajib melapor sesuai peraturan keimigrasian untuk mendapatkan data yang berguna bagi kepentingan mereka.

Dengan mengetahui data mahasiswa Indonesia yang berada di Belanda, lanjutnya, pihaknya bisa membantu mereka jika menemui kendala atau kesulitan, termasuk terkait kegiatan penelitian atau pendidikan mereka.

“Kalau tidak lapor, kami tidak tahu siapa saja mahasiswa Indonesia yang ada di Belanda dan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akan menyulitkan bagi kami untuk menindaklanjuti,” jelasnya.

Ia menyampaikan pada tahun ini setidaknya ada sekitar 1.450 mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda sesuai data dari berbagai perguruan tinggi di negara itu, namun yang lapor hanya sekitar 1.100 orang.

Terkait keengganan mahasiswa Indonesia melapor, ia mengemukakan biasanya mahasiswa terkendala waktu dan biaya untuk ke KBRI, terutama untuk mahasiswa yang berkuliah di perguruan tinggi jauh dari ibu kota.

Karena itu, Ramon mengatakan pihaknya mengatasi kendala itu dengan melakukan “jemput bola” mendatangi kota-kota di Belanda yang banyak dipilih mahasiswa untuk berkuliah, terutama yang letaknya terpencil.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengaku minat mahasiswa Indonesia untuk melakukan studi di Belanda cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dilihat dari data pelaporan mahasiswa yang diterima KBRI Den Haag.

“Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) mengirim 100 mahasiswa ke Belanda per tahun dan program beasiswa dari Belanda, yakni Netherland Education Support Service (NESO) dengan kuota 250 mahasiswa per tahun,” terang Ramon.

Pembantu Rektor III Undip Semarang, Sukinta yang mendampingi Ramon mengatakan Undip mempunyai banyak program kerja sama dengan Belanda dan memfasilitasi mahasiswa yang berminat melakukan studi banding ke Belanda.

“Kami memiliki jalinan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Belanda dan mereka biasanya menawarkan mahasiswa Undip yang ingin studi ke Belanda, melalui proses seleksi yang kompetitif,” imbuh Sukinta.

ant/nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya