News
Minggu, 30 Juni 2024 - 15:20 WIB

Bank Dunia Sebut Makan Gratis Bukan Solusi Stunting, Ini Respons RI

Annasa Rizki Kamalina  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa antre untuk mendapatkan makan siang gratis di SMP Negeri 1 Darul Imarah, kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (5/3//2024). (Antara/Ampelsa)

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons hasil kajian dari Bank Dunia atau World Bank yang menyebutkan pemberian makanan di sekolah atau school meals tidak efektif menyelesaikan stunting.

Bank Dunia memberikan kajian tersebut mengingat pemerintah Indonesia akan menerapkan program makan siang gratis, atau kini berganti nama menjadi makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah.

Advertisement

Airlangga menyampaikan bahwa makan bergizi gratis ini bertujuan untuk menyokong pertumbuhan anak-anak sekolah.

“Kan tujuan makanan bergizi itu untuk pertumbuhan dan yang lain [bukan stunting],” ujar Airlangga saat dimintai tanggapan terkait kajian Bank Dunia oleh para wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (28/6/2024).

Advertisement

“Kan tujuan makanan bergizi itu untuk pertumbuhan dan yang lain [bukan stunting],” ujar Airlangga saat dimintai tanggapan terkait kajian Bank Dunia oleh para wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (28/6/2024).

Bukan hanya itu, Airlangga juga berharap melalui program ini dapat meningkatkan Hasil Program Penilaian Pelajar Internasional atau skor Programme for International Student Assessment (PISA).

Sebagai informasi, PISA merupakan studi internasional yang menilai kualitas sistem pendidikan dengan mengukur hasil belajar yang esensial yakni literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun, yang dipilih secara acak, di berbagai negara di dunia yang mengikuti tes PISA.

Advertisement

Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara yang terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra, dan Indonesia sendiri telah mengikuti PISA sejak 2000. Hasilnya, kualitas pendidikan Indonesia terpantau kembali mengalami penurunan.

Hal ini terlihat dari skor tiga kompetensi terkait dengan literasi, numerasi, dan sains yang sama-sama lebih rendah dibandingkan dengan penilaian pada periode tiga tahun sebelumnya, yakni 2018.

Indonesia tercatat memiliki nilai rata-rata untuk literasi atau membaca sebesar 359 pada 2022 atau menurun 12 poin dibandingkan periode 2018 dengan skor 371.

Advertisement

Kemudian, skor numerasi atau perhitungan matematika Indonesia sebesar 366 poin. Nilainya juga turun 13 poin dibandingkan 2018 dengan nilai 379 poin.

Selain itu, penilaian sains yang dimiliki Indonesia sebesar 383 poin. Angkanya juga menurun dari 2018 yang sebesar 396 poin.

Sebelumnya, Bank Dunia merilis Indonesia Economic Prospect edisi Juni 2024. Dalam kajian pemberian makanan di sekolah secara internasional, program tersebut tidak dirancang untuk berdampak pada penurunan angka stunting, karena tidak ditargetkan untuk 1.000 hari pertama kehidupan.

Advertisement

Meski demikian, makanan sekolah dapat berdampak pada variasi makanan dan antisipasi anemia anak sekolah. Untuk mencapai hasil gizi yang lebih baik, lebih dari 80% program makanan sekolah juga harus memberikan suplementasi zat gizi mikro, pemberian obat cacing, kurikulum pendidikan kesehatan/gizi, dan intervensi kebijakan kesehatan sekolah.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Makan Siang Gratis Disorot Bank Dunia, Airlangga: Memang Bukan untuk Atasi Stunting”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif