SOLOPOS.COM - Korban banjir mengungsi di kolong jembatan jalur jalan pantura Jawa yang menghubungkan Kudus-Demak di wilayah Tanggulangin, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (31/1/2014). Sejumlah korban banjir mengaku memilih mengungsi di kolong jembatan karena lebih dekat dengan rumah. (JIBI/Solopos/Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Solopos.com, KUDUS — Ratusan siswa sekolah dasar di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terpaksa belajar di sejumlah tempat pengungsian karena tempat tinggal mereka sedang dilanda banjir.

Aktivitas belajar mengajar para siswa SD yang sedang mengungsi itu terlihat di GOR Wergu Kudus yang menampung 82 siswa SD, 41 siswa SMP, dan 22 siswa SMA, Rabu (29/1/2014). Di lokasi pengungsian 496 warga Desa Karangrowo, Desa Wates dan Desa Ngemplak, Kecamatan Undaaan, serta Desa Payaman dan Desa Kirig, Kecamatan Mejobo tersebut juga terdapat 51 anak balita.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Puluhan siswa SD dan SMP yang belajar dengan cara lesehan di lokasi pengungsian itu terlihat cukup antusias mendengarkan salah seorang guru dari SDN 3 Wergu Wetan, Kecamatan Kota, Kudus yang kebetulan mendapatkan giliran mengajar di GOR Wergu Kudus. Bahkan, anak balita juga ikut serta mengikuti kegiatan belajar mengajar yang lebih difokuskan pada bimbingan konseling tersebut.

“Siswa yang berada di tempat pengungsian untuk sementara memang belum bisa diberi pelajaran seperti halnya di sekolah. Saat ini, masih difokuskan pada bimbingan konseling guna mengembalikan trauma mereka,” kata Eva Yuliana, guru SDN 3 Wergu Wetan, Kudus itu.

Ia khawatir jika langsung menyampaikan materi pelajaran di sekolah, akan membebani mereka yang saat ini masih memikirkan kondisi rumahnya yang dilanda banjir. “Materi pelajaran yang disampaikan juga tidak spesifik,” ujarnya.

Fitri Handayani, 10, bocah pengungsi yang turut belajar di GOR itu mengaku senang di pengungsian masih ada proses kegiatan belajar mengajar meskipun tanpa dilengkapi dengan buku pelajaran maupun papan tulis. “Saya memang khawatir jika terlalu jauh ketinggalan mata pelajaran dengan siswa SD lainnya,” ujar Fitri yang masih duduk di kelas IV SD.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kudus Hadi Sucipto mengungkapkan bahwa sejak ada warga yang mengungsi, setiap UPT Pendidikan memang diinstruksikan untuk menjadwalkan guru tingkat SD mengajar di lokasi pengungsian. “Setiap harinya, ada guru yang bertugas mengajar di sejumlah pengungsian, terutama untuk siswa SD,” ujarnya.

Sementara itu, untuk siswa SMP atau sederajat maupun siswa SMA atau sederajat, kata dia, masih bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dengan adanya kegiatan belajar mengajar di pengungsian, dia berharap para siswa tidak terlalu jauh ketinggalan mata pelajaran di sekolah.

“Untuk tahap pertama, lebih difokuskan pada terapi mental. Jika dinilai cukup, bisa dilanjutkan materi pelajaran di sekolah,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, UPT Pendidikan setempat juga dipersilakan mengatur lokasi kegiatan belajar mengajar para siswa yang ada di pengungsian, termasuk kemungkinan ditampung di SD terdekat. Jumlah siswa SD yang terpaksa belajar di pengungsian, kata dia, bisa mencapai ratusan orang  karena lokasi pengungsian tersebar di 45 lokasi di tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Kota, Kaliwungu, Mejobo, Jati, Jekulo, Dawe, dan Undaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya