SOLOPOS.COM - Suasana salah satu sudut Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali yang saat ini masih direnovasi. Indonesia dinilai tidak perlu terlalu banyak membuka bandara internasional untuk membatasi penetrasi maskapai penerbangan asing. (JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat)

Suasana salah satu sudut Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali yang saat ini masih direnovasi. Indonesia dinilai tidak perlu terlalu banyak membuka bandara internasional untuk membatasi penetrasi maskapai penerbangan asing. (JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat)

JAKARTA – Indonesia dinilai terlalu banyak memiliki bandara berstatus internasional dan untuk program Asean Open Sky 2015, hanya perlu dua bandara yang dibuka agar maskapai asing tidak mengambil pasar penerbangan domestik.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

“Kita terlalu terbuka, ada 27 bandara berstatus internasional. Dari sisi menyiasati infrastruktur bandara, cukup 3-5 saja, yang lain sebagai bandara yang baik secara operasional saja,” kata Direktur Pemasaranm dan Penjuualan Garuda Indonesia, Elisa Lumbantoruan, . Dia menambahkan 27 bandara berstatus internasional ini tidak efisien secara biaya operasional, selain itu mengancam pasar penerbangan lokal diambil oleh maskapai asing yang masuk ke Indonesia.

“Dengan memiliki 27 bandara internasional, di Timika, Papua misalnya, hanya satu maskapai yang terbang sekali seminggu ke bandara itu. Alat navigasi, imigrasi harus memenuhi standar internasional. Cukupkah pendapatannya untuk membiayai instrumen yang di pasang pemerintah di bandara itu? Ini berdasarkan aspek ekonomi, belum lagi dari aspek pasar,” kata Elisa. Dia mencontohkan bandara di AS ada 1.000-an, yang berstatus internasional hanya lima, yang dibuka khusus melayani penerbangan jarak jauh.

Elisa menambahkan soal pengembangan bandara kedepan harus dilihat dari sisi ekonomi, dari aspek makro yakni pertumbuhan ekonomi tetap dijaga 6%. “Kalau ekspor tidak bisa makin tinggi, dan turis tidak bisa makin tinggi, dan hanya menggantungkan pertumbuhan ekonomi dari konsumsi masyarakat, nah kalau konsumsinya kita pindahkan ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, yang menikmati bukan Indonesia,” tuturnya.

Elisa memaparkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah visitor (pendatang) ke Indonesia sepanjang 2011 dari 11 bandara internasional sebanyak 10,46 juta orang, yang mendominasi adalah orang Indonesia sendiri sebanyak 5,12 juta disusul warga Australia 859.782 orang. Pada Januari-Maret 2012 terdapat 2,62 juta pendatang, yang orang Indonesia masih mendominasi yakni 1,30 juta dan Australia 195.879 orang. Dia mencontohkan dari bandara di Bandung, dari 262.175 pendatang, orang Indonesianya 147.000.

“Mengapa harus membangun banyak bandara internasional, karena kebanyakan yang datang ke Indonesia adalah orang Indonesia,” kata Elisa. Untuk program Asean Open Sky (langit terbuka) pada 2015, menurut Elisa, Indonesia hanya perlu membuka dua bandara yakni Soekarno-Hatta Jakarta dan Ngurah Rai Denpasar.

Open sky bukan semata-mata gengsi kita, harus dilihat apa keuntungannya dari kebijakan itu. Ini memang kemajuan kita bangga sebagai bangsa, bisa proteksi pertumbuhan ekonomi. Soal buka lima bandara, Garuda tidak masalah,” tutur Elisa.

Terpisah, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan ada lima bandara yang dibuka yakni Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Kuala Namu Medan, Juanda Surabaya, Hasanuddin Makassar dan Ngurah Rai Denpasar. “Saya kira yang penting maskapai nasional kita harus berdaya saing. Khusus Garuda, kita minta harus mampu menjadi regional player (pemain regional) dan kebanggaan Indonesia. Lima bandara sudah jadi keputusan bersama Asean. Tidak perlu khawatir karena slot time untuk take off dan landing masih bisa diatur dengan keberpihakan pada maskapai Merah Putih,” tutur Wamenhub.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya