SOLOPOS.COM - Terminal penumpang Bandara Ngurah Rai, Tuban, Badung, Bali kini tengah direnovasi. Kalangan industri pariwisata setempat beranggapan, bandara itu juga perlu ditambah runway sehingga bisa meningkatkan akses masuk wisatawan ke Pulau Dewata itu. (Yayus Yuswoprihanto/JIBI/Bisnis)

Terminal penumpang Bandara Ngurah Rai, Tuban, Badung, Bali kini tengah direnovasi. Kalangan industri pariwisata setempat beranggapan, bandara itu juga perlu ditambah runway sehingga bisa meningkatkan akses masuk wisatawan ke Pulau Dewata itu. (Yayus Yuswoprihanto/JIBI/Bisnis)

Terminal penumpang Bandara Ngurah Rai, Tuban, Badung, Bali kini tengah direnovasi. Kalangan industri pariwisata setempat beranggapan, bandara itu juga perlu ditambah runway sehingga bisa meningkatkan akses masuk wisatawan ke Pulau Dewata itu. (Yayus Yuswoprihanto/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, DENPASAR — Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali mengungkapkan fenomena over supply kamar di Pulau Dewata itu. Demi mengatasinya maka pemerintah dan pelaku industri diserukan menjual Bali selama 24 jam sepanjang tahun sehingga okupansi hotel bisa di atas rata-rata 70%.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Over supply kamar hotel di Bali terjadi karena pemerintah terus-menerus mengizinkan investor menambah jumlah kamar.Akibatnya, hotel-hotel lama yang berdiri sejak puluhan tahun lalu pun mulai tergeser dengan adanya city hotel atau budget hotel.

Ida Bagus Ngurah Wijaya, Ketua GIPI Bali, Rabu (31/7/2013), mengatakan jika okupansi hotel-hotel yang telah ada hanya di bawah 40% maka hotel tersebut tidak bisa memperbaiki diri. “Itulah yang terjadi di Bali, pemerintah daerah mudah memberikan izin terus menerus untuk membangun hotel-hotel,” keluhnya.

Dia lalu memaparkan data yang menyebutkan hotel-hotel kecil berbintang 3 ke bawah di Bali kini berokupansi 30% saat high session. Lebih rendah pada musim sepi atau hari biasa. Untuk itu, GIPI berharap pemerintah daerah di Bali tak mudah-mudah menerbitkan izin pembangunan hotel atau penambahan kamar hotel.

“Sekarang kembali lagi kepada pemerintah, mau membangun atau menghancurkan Bali dengan adanya over supply kamar yang tidak sesuai dengan jumlah kedatangan wisatawan?” tandasnya.

Di sisi lain, Wijaya juga mendesak pemerintah dan pelaku industri untuk menjual Bali selama 24 jam sepanjang tahun sehingga okupansi hotel bisa di atas rata-rata 70%. Menurutnya, Pulau Dewata aset pariwisata Indonesia itu tidak boleh hanya dijual untuk musim liburan.

“Di Bali persaingan hotel semakin ketat, kamar harus tetap terisi terus menerus jangan hanya saat high season saja baru penuh. Setidaknya okupansi rata-rata paling tidak 70%,” katanya.

Diingatkannya juga olehnya, Bali sebagai pulau kecil hanya memiliki satu airport dengan satu runway. Keterbatasan itu disebutnya sebagai salah satu kendala dalam menjual pariwisata Bali secara optimal. Ia menyarankan pemerintah membenahi terlebih dulu akses masuk Bali itu sebelum memberikan izin penambahan kamar hotel.

“Sekarang saja, okupansi sudah jauh di bawah 60% karena jumlah kamar yang banyak tetapi hanya sedikit yang terisi. Salah satu faktornya juga pesawat yang ke Bali masih terbatas,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya