SOLOPOS.COM - Ilustrasi bright gas atau elpiji kemasan tabung isi 5,5 kg produksi PT Pertamina. (Rachman/JIBI/Bisnis)

Bahan bakar gas, bright gas kurang diminati karena harganya terlalu mahal.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pangkalan di Kota Solo kesulitan menjual elpiji nonsubsidi jenis bright gas. Bright gas bahkan sempat ngendon selama tiga bulan di pangkalan karena masyarakat belum bisa berpaling dari elpiji bersubsidi.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Salah satu pegawai pangkalan di Solo, Henri, mengaku hanya memiliki satu tabung bright gas kemasan 5,5 kg di tokonya. Namun, sejak tiga bulan dipasok satu tabung bright gas tersebut tak kunjung laku.

Bright gas ini sudah ada di sini sejak tiga bulan lalu. Tetapi sampai sekarang belum laku juga. Bahkan harganya berapa saya sampai lupa karena sampai sekarang enggak ada yang membeli,” tutur dia saat berbincang dengan wartawan di pangkalan setempat, Rabu (23/11/2016).

Menurut dia, satu tabung bright gas yang dijual seharga Rp317.500 (termasuk isi) cukup mahal. Sedangkan isi ulang harganya Rp57.500/tabung.

Hal itu membuat masyarakat lebih memilih untuk tetap membeli elpiji 3 kg. Hal senada dikatakan salah satu pemilik pangkalan di Laweyan.

Pedagang yang enggan disebut namanya ini mengaku dipasok dua tabung bright gas sejak tiga bulan lalu. Namun, hingga kini dua tabung gas nonsubsidi itu belum satu pun terjual.

Menurut dia, disparitas harga yang terlampau jauh antara gas bersubsidi dengan gas nonsubsidi membuat masyarakat enggan melirik bright gas. Strategi penukaran dua tabung gas melon ditambah uang Rp99.500 untuk mendapatkan satu tabung bright gas juga belum optimal.

“Ada beberapa orang yang bertanya tentang bright gas kemasan 5,5 kg. Tetapi setelah mengetahui harganya mereka akhirnya mundur, enggak jadi beli. Mereka kembali membeli yang elpiji bersubsidi,” kata dia.

Menurut dia, selama periode peluncuran, PT Pertamina seharusnya memberikan promo untuk masyarakat. Hal itu untuk menarik perhatian masyarakat untuk membeli bright gas.

“Seharusnya Pertamina memberikan program, misalnya seperti separuh harga sehingga masyarakat tertarik membeli. Kalau langsung harganya tinggi seperti ini orang pasti enggak mau dan mereka pasti berpikir ulang,” tutur dia.

Dia juga sudah memberikan pengertian kepada pelanggan bahwa gas melon hanya untuk masyarakat miskin. Namun, kenyataan di lapangan banyak masyarakat mampu yang masih nekat membeli gas melon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya