SOLOPOS.COM - Tim Nobel.inc mahasiswa UKSW berhasil meraih 2st runner up dalam kompetesi Hult Prize on Campus 2023 di UKSW, Jumat 31 Maret 2023.

Solopos.com, SALATIGA – Program Hult Prize on Campus kembali digelar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Berada di bawah naungan Direktorat Kerja Sama (Diker), rangkaian Hult Prize on Campus memasuki tahap Awarding Night, Jumat (31/3/2023). Acara dengan tema Future From The Past: Release Your Imagination ini diselenggarakan di Ruang F114 UKSW.

Campus Director Hult Prize at UKSW 2023, Jason Yohanes Pontoh, mengungkapkan kegiatan Hult Prize merupakan kompetisi yang bertujuan menjaring ide-ide bisnis dari setiap negara, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Rangkaian kompetisi Hult Prize on Campus dimulai dari seleksi abstrak ide bisnis. Menjelang Awarding Night, lima tim yang terpilih lalu mengikuti mentoring, training session dan final pitching untuk dinilai oleh juri yang ahli di bidang masing-masing.

Jason memaparkan kegiatan Hult Prize on Campus kali ini diikuti oleh 5 tim yang terdiri dari 19 mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di UKSW. Kelima tim tersebut yakni R2P (Remake, Resale and Prevent), Powerpuff, Wiratama team, Nobel.inc dan Brightly.

Wakili UKSW

“Acara Awarding Night ini merupakan acara puncak dari Hult Prize on Campus, yang pertama kali digelar secara onsite di Kampus UKSW. Melalui acara ini diumumkan pemenangnya. First winner diharapkan dapat mengikuti Regional Summits Hult Prize di Taiwan tahun ini,” terang Jason.

Setelah mengikuti seluruh rangkaian kompetisi, gelar First Winner diraih kelompok Brightly yang beranggotakan Agastia Fais Fachrizki, Lydia Maylani, dan Yachinta Graciella MW. Ketiganya merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) dan Aurellia Nur Amalina, mahasiswa Fakultas Psikologi. Kelompok ini membuat platform bisnis yang saat ini masih berbentuk website, bertujuan untuk menampung baju bekas, kemudian akan diolah menjadi produk baru.

“Kami memanfaatkan pakaian-pakaian yang didonasikan ke platform, kemudian kami olah menjadi produk baru. Pengolahan pakaian bekas ini melibatkan anak-anak yang putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga. Harapannya, Brightly berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain juga,” ungkap Agastia.

Di samping itu, kelompok R2P beranggotakan Cahyani Brigita Kaat, Audry Rambudevi J.M, Christie Diandra Abigail Katang. Ketiganya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) dan Riski Abi Harnoyo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) berhasil meraih First Runner Up.

Sedangkan Second Runner Up diraih oleh kelompok Nobel.inc terdiri dari 4 anggota yakni Michael Firdy Riyanto (FBS), Jovania Nalla Natasya Putri dan Devina Fortunata Khosasi keduanya mahasiswa FISKOM dan Adriel Pranawa Adi (FEB).

Hult Prize on Campus
Kelompok R2P beranggotakan Cahyani Brigita Kaat, Audry Rambudevi J.M, Christie Diandra Abigail Katang (ketiganya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi) dan Riski Abi Harnoyo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) berhasil meraih 1st Runner Up.

Realisasikan Ide Bisnis

Saat ditemui di sela acara, staf Direktorat Kerja Sama, Ryan Tuelah Bundt, S.SI., menuturkan kegiatan Hult Prize on Campus merupakan tahap awal yang harus diikuti. Empat tahapan Hult Prize yakni On Campus Program, Regional Summits, Global Accelerator dan Global Finals.

Ryan menekankan sebagai sivitas akademika yang creative minority, UKSW mendorong mahasiswa untuk menciptakan sesuatu ide bisnis, dengan harapan ide tersebut bisa terealisasikan dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

“Awarding Night Hult Prize on Campus tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Selain digelar secara onsite, diadakan juga talkshow tentang gender equality and redesigning fashion untuk mendukung dan mewujudkan ide mahasiswa,” tuturnya.

Sustainable Fashion

Pembicara tunggal, Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M.Si., dosen Fakultas Interdisiplin (FID) UKSW, menjelaskan saat ini limbah pakaian bekas menyumbang 18% emisi karbon di dunia. Keadaan tersebut menumbuhkan perhatian khusus terhadap keberlanjutan fashion di Indonesia. Upaya memproduksi pakaian ramah lingkungan menjadi sebuah tindakan nyata menuju sustainable.

“Kita tidak hanya memerhatikan keberlanjutan dari apa yang kita konsumsi saja, melainkan dari apa yang kita pakai juga. Keberlanjutan tidak hanya untuk sekarang tetapi sekarang menentukan masa depan,” katanya.

Lebih lanjut, Ketua Pusat Penelitian dan Studi Gender tersebut menyampaikan ada dua paradigma dalam produksi fashion yakni fast fashion dan slow fashion.

Slow fashion mengajarkan kita hal yang sangat filosofis dan revolusioner dalam cara kita mengonsumsi fashion. Berbunyi, hai teman sabar, pada saat Anda menggunakan pakaian, berpikirlah dua hal adil kepada alam dan adil kepada yang memproduksinya,” ungkapnya.

Berbincang lebih jauh, Arianti menyampaikan tidak bisa dimungkiri di dunia fashion peran perempuan masih tinggi, namun hal tersebut kurang dihargai. Di sisi lain, biasanya yang bisa menggambar dalam industri batik hanyalah seorang laki-laki. Ketika berbicara SDGs, kompetensi yang dimiliki oleh seseorang tidak dilihat dari jenis kelamin, maka itu terwujudlah keadilan sosial.

Rekomendasi
Berita Lainnya