SOLOPOS.COM - Pemilik Mamnich, Fransiska Xaveria Nirmala, 42, menunjukkan produk tas berbahan dasar goni dengan kombinasi kain tradisonal atau wastra Indonesai, di rumah produksnya di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo, pada Kamis (11/5/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Produksi tas etnik dan unik dari kain goni dengan paduan wastra atau kain tradisional nusantara asal Kota Solo diminati banyak kalangan. Sejak dirintis tiga tahun lalu, aneka aksesori fesyen mampu diproduksi hingga ribuan buah per bulan oleh Mamnich.

Pasangan suami istri pemilik Mamnich, Fransiska Xaveria Nirmala, 42, dan Adi Budiarto, 38, berkisah memang memilih kain goni sebagai bahan dasar tas karena dulu belum banyak orang yang menggunakan kain ini sebagai bahan baku tas sehingga terbilang unik. Permintaan pasar yang bertambah dan permintaan model dan dari customer yang beragam membuatnya harus mengikuti tren pasar.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Mereka kemudian memadukan kain goni dengan kain wastra, misalnya batik, lurik, dan tenun, sehingga memunculkan motif yang berbeda setiap produk. Kombinasi ini ternyata diminati oleh berbagai kalangan, sebagai aksesori fesyen ataupun suvenir.

Membuat aksesori fesyen yang kekinian dengan kombinasi kain wastra juga bertujuan untuk menjaga kelestarian kain tradisional ini dengan menjangkau pasar yang lebih luas. Biasanya kain wastra hanya digunakan sebagai pakaian, namun di tangan mereka, bisa diubah menjadi ransel, handbag, waistbag, totebag, dompet, dan lain-lain.

Produk mereka dibanderol mulai harga Rp15.000 untuk dompet, sementara itu aneka tas dengan berbagai macam ukuran dibanderol mulai harga Rp150.000 hingga Rp500.000. Produknya juga mampu menembus Inacraft dua kali yaitu pameran kerajinan yang bergengsi pada September 2022 dan Maret 2023 dengan pendampingan Pemkot Solo melalui Dinkop UKM Perin Solo.

Untuk memperluas promosi produk, mereka menambah jejaring dengan komunitas Solo Prenuer dan mengikuti Solo Art Market. Hal itu berhasil membuat produk mereka makin dikenal. Mereka juga menjadi tenant resmi ASEAN Para Games dan mampu menjual ratusan produk.

Dari puluhan produk unit usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mereka juga berhasil mengikuti kurasi dari Uniqlo Solo Paragon Mall dan Bank Indonesia. Dari display produk mereka di Uniqlo Solo Paragon Mall mampu memperkuat brand mereka dan media promosi baru. Untuk lolos kurasi, menurut mereka adalah dengan rajin melakukan branding produk di media sosial.

“Di Uniqlo kuratornya datang liat produk kami, berhasil display dari delapan produk terpilih. Kurasi Uniqlo juga cukup ketat, ada hal pengoalahan limbahnya juga, jadi lebih ke sustainable fesyen,” papar Fransiska saat ditemui Solopos.com di rumah produksinya di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, pada Kamis (11/5/2023).

Sebelum bergelut dengan usaha ini Fransiska bekerja menjadi perawat di Jepang dan Adi bekerja di bidang teknik. Fransiska memutuskan untuk menekuni bidang ini karena memang memiliki hobi crafting. Adi dan Fransiska dulunya memproduksi bantal printed sebagai produk suvenir hingga produksi masker.

Kemudian saat ini selain dengan produk tas miliknya, mereka juga merambah ke produk fesyen, berupa pakaian yang masih bertema wastra nusantara. Kain wastra tersebut mereka beli langsung dari asalnya, misalnya batik tulis dari Solo, tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT), dan kain tradisional Maluku. Sementara itu, bahan baku kain goni, biasanya mereka dapat dari supplier yang berasal dari Yogyakarta dan Bandung.

Fransiska mengaku mengaplikasikan etos kerjanya saat bekerja di Jepang dulu dalam usahanya saat ini. Ketelitian dan quality control produk yang terjaga. Dia percaya, menjaga kualitas setiap produk hingga ke tangan pelanggan bisa membuka peluang pasar baru.

Selain itu, pengelolaan media sosial untuk produk mereka sangat penting untuk mengikuti tren yang tengah berkembang. Berkembang saat pandemi Covid-19 membuat mereka mampu memberdayakan tetangga mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pabrik untuk membantu produksi mereka dengan bekal keahlian menjahit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya