SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Suasana Mapolresta Cirebon pasca bom bunuh diri (VIVAnews/ Muhamad Solihin)

Jakarta (Solopos.com)– Polisi mencokok Heru Komarudin alias Haekal alias Udin yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) terkait Bom Cirebon, Sabtu (8/10/2011) dini hari tadi di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Sebelumnya, polisi juga telah membekuk buron Bom Cirebon lainnya, Beni Asri, di Solok, Sumatera Barat, Jumat 30 September 2011 lalu. Kini, buron Bom Cirebon tinggal tersisa dua orang, yaitu Yani dan Nando.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Anton Bachrul Alam, menjelaskan peran dan keterlibatan Beni Asri serta Heru Komarudin dalam peristiwa pemboman di Masjid Mapolresta Cirebon, 15 April 2011 lalu, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, siang ini, Sabtu (8/10/2011).

“Satu minggu setelah bom bunuh diri yang dilakukan oleh M Syarif di Masjid Polres Cirebon, Musolah datang dengan membawa tas ransel coklat yang berisi bom milik Ishak. Selanjutnya, tas tersebut oleh Musolah dititipkan kepada Beni, dan Beni menggantung tas itu di dinding kios miliknya,” kata Anton.

“Sekitar tiga hari kemudian, Musolah datang lagi dengan membawa tas ransel biru tua. Dari tas biru tua itu, ia mengeluarkan sebuah barang yang dibungkus dengan sajadah. Bungkusan sajadah tersebut lalu dimasukkan ke dalam tas ransel coklat yang tergantung di dinding kios Beni, yang tiga hari sebelumnya dititipkan Musolah kepada Beni. Tas biru itu isinya bom juga,” papar Anton.

“Seminggu kemudian, Musolah menghubungi Beni via SMS. Isi SMS-nya, ‘Ben, yang di tas dibuang saja.’ Selanjutnya, Beni membalas ‘Yoi.’ Tapi pada kenyataannya, Beni tidak membuang tas tersebut, karena ia berpikir, yang ada di dalam tas tersebut adalah bom,” terang Anton. Ia menambahkan, bom tersebut berasal dari Ishak, buron jaringan Bom Cirebon yang juga sudah ditangkap polisi.

Lima hari kemudian, lanjut Anton, Heru mulai mengambil peran. “Lima hari kemudian, Heru Komarudin datang ke rumah Beni, dan menanyakan, ‘Ben, titipan Musolah sudah dibuang belum?’ Beni menjawab ‘Belum.’ Selanjutnya, Heru mengatakan, ‘Besok aku ambil. Aku saja yang buang.’ Selanjutnya, Heru langsung pulang. Tapi ia datang lagi sore keesokannya, untuk mengambil ransel yang pernah dititipkan Musolah ke Beni itu,” jelas Anton.

“Beni kemudian mengambil tas tersebut. Beni membuka dan melihat tas itu bersama Heru. Ternyata, isi tas ransel tersebut adalah satu rangkaian bom yang berbentuk pipa berwarna putih silver. Bom itu terdiri dari besi atau aluminium dengan panjang sekitar 20 cm, sebanyak 10 biji, yang disatukan dengan lem dan dikaitkan dengan lakban warna hitam, dan dirangkai dengan kabel-kabel yang dibungkus dengan sajadah warna biru,” ujar Anton.

“Dalam tas itu juga ada bahan-bahan bom berupa 1 pak korek api kayu ukuran jumbo, baut, serbuk hitam keabu-abuan, dan serbuk warna merah,” imbuhnya.

“Setelah merapikan kembali tas ransel tersebut, Heru langsung membawa pergi tas itu dari kios Beni,” ujar Anton mengakhiri kronologis peran Beni Asri dan Heru Komarudin dalam jaringan Bom Cirebon.

Anton menegaskan kembali, Ishak dan Musolah sudah ditangkap oleh polisi. “Mereka semua ini termasuk kelompok Bom Cirebon,” kata dia. VIVAnews

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya