SOLOPOS.COM - Penampilan pencak silat Pagar Nusa pada pembukan Porseni Nahdlatul Ulama (NU) di Sritex Arena, Solo, Senin (16/1/2023). (Solopos.com/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO – Apa itu Pagar Nusa atau sering disingkat PN? Bagaimana asal muasalnya? Pagar Nusa bermula dari keprihatinan para kiai Nadhlatul Ulama terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di lingkungan pesantren.

Dilansir dari pagarnusa.or.id pada Senin (23/10/2023), Mendirikan Pagar Nusa, karena surutnya pencak silat antara lain ditandai dengan hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat. 

Promosi BRI Hadiahkan Mobil dan Logam Mulia kepada Pemenang Super AgenBRILink

Padahal, sebelumnya pondok pesantren merupakan pusat kegiatan ilmu bela diri tersebut. Kiai atau ulama pengasuh pondok pesantren selalu merangkap sebagai ahli pencak silat, khususnya aspek tenaga dalam atau hikmah yang dipadu dengan bela diri. 

Pada saat itu seorang kiai sekaligus juga pendekar pencak silat. Di sisi Iain tumbuh berbagai perguruan pencak silat dengan segala keanekaragamannya berdasarkan segi agama, aqidah, maupun kepercayaannya. 

Perguruan-perguruan itu kadang bersifat tertutup dan saling mengklaim sebagai yang terbaik serta terkuat. 

Pagar Nusa atau sering disingkat PN, adalah organisasi pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang berdiri pada 22 Rabi’ul Akhir 1406 H / 3 Januari 1986 M di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur.

Ketua Umum pertamanya adalah KH. Abdulloh Maksum Jauhari yang berniat menyatukan dan mewadahi sejumlah perguruan silat NU yang dahulunya beragam dan berdiri sendiri-sendiri. Hingga saat ini Pagar Nusa memiliki nama resmi “Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa”.

Pada lambang Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa tertulis Laa ghaaliba Illa billah yang melingkar di bola bumi; terletak di bawah trisula. Lafaz itu diusulkan KH Suharbillah, seorang pendekar silat dan salah seorang pendiri Pagar Nusa. 

Mulanya adalah kalimat tersebut adalah la ghaliba illallah, kemudian KH Sansuri Badhawi mengusulkan untuk menggantinya dengan la ghaliba illa billah. 

Kalimat tersebut yang digunakan pada lamabang Pagar Nusa hingga sekarang. Artinya semakna dengan la haula wa la quwwata illa billah. 

Ketua Umum Pagar Nusa 2012-2017 KH Aizzudin Abdurrahman menafsirkan lafadz tersebut sebagai tingkat kepasrahan tertinggi seseorang. 

Meskipun seseorang sakti, tapi tidak boleh merasa sakti. Termasuk kepada musuh kita. Meskipun dia terlihat sakti, tapi ketika tidak dilindungi Allah, dia tidak akan berarti apa-apa. 

Menurut Gus Aiz, ada slogan lain yang sering diungkapkan pendiri dan mahaguru beladiri Pagar Nusa yaitu KH Maksum Jauhari, seorang pendekar pilih tanding Pagar Nusa, yaitu “Pantang menantang walau kepada lawan, pantang mundur kalau ditantang. Sebetulnya, slogan tersebut tak jauh dengan laa ghaaliba illa billah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya