SOLOPOS.COM - Asap dan abu vulkanik menyembur dari kawah Gunung Agung di Desa Datah, Karangasem, Bali, Senin (27/11/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Nyoman Budhiana).

Merujuk letusan pada 1963, Gunung Agung bisa saja melontarkan berbagai material vulkanis, seperti hujan abu hingga batu panas.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah kemungkinan ancaman berpotensi terjadi selama fase letusan Gunung Agung, Bali. Berbagai bentuk material vulkanik bisa keluar dari kawah gunung, seperti batu panas, hujan abu, lava pijar, hingga banjir lahar.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kasbani, menyebutkan ada kemungkinan letusan kali ini seperti letusan Gunung Agung pada 1963. Cirinya adalah erupsi-erupsi eksplosif dan efusif.

“Berdasarkan sejarahnya, jika terjadi erupsi G. Agung seperti pada tahun 1963 maka potensi bahaya yang mungkin terjadi dapat berupa lontaran piroklastik [born vulkanik/batu panas], hujan abu, aliran piroklastika, aliran lava, hingga banjir lahar. Jika terjadi erupsi, potensi bahaya primer yang dapat terjadi di dalam radius 8 km berupa jatuhan piroklastik dengan ukuran sama atau lebih besar dari 6 cm,” kata Kasbani dalam keterangan tertulisnya di laman magma.vsi.esdm.go.id.

PVMBG telah membuat pemodelan potensi sebaran hujan abu. Jika terjadi erupsi saat ini dengan asumsi indeks eksplosivitas erupsi VEI Ill, maka sektor barat, barat laut, dan utara Gunung Agung adalah sektor yang paling terancam. Sektor tersebut berpotensi dilanda hujan abu lebat dengan ketebalan mencapai 1,6 meter di radius 15 km dari puncak gunung dan ketebalan maksimum 0.4 meter di radius 30 km.

“Hasil pemodelan potensi sebaran abu vulkanik di udara mengindikasikan bahwa abu vulkanik dapat tersebar jauh dari puncak Gunung Agung dan diperkirakan dapat mengganggu operasional penerbangan dari dan ke Bali, Lombok, Surabaya, dan Banyuwangi.

Sementara itu, bahaya aliran material piroklastik (awan panas) diprediksi bisa mencapai 10 km. Dengan asumsi erupsi pembuka memiliki volume 5 juta m3, maka awan panas dapat meluncur ke utara-timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya dengan jangkauan 10 km dalam waktu kurang dari 3 menit.

Namun jika volume erupsi melebihi 10 juta m3, maka awan panas dapat meluncur ke sektor utara-timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya dengan jangkauan melebihi 10 km. Oleh karena itu, ke depan PVMBG dapat mengubah rekomendasi gunungapi sesuai dengan perkembangan data pemantauan terbaru.

“Ancaman bahaya aliran piroklastik tersebut di atas maupun aliran lava utamanya berada pada sektor utara lereng Gunung Agung terutama di daerah aliran Sungai Tukad Tulamben, Tukad Daya, Tukad Celagi yang berhulu di area bukaan kawah, pada sektor tenggara terutama di daerah aliran Sungai Tukad Bumbung, dan pada sektor selatan-barat daya terutama di daerah Pati, Tukad Panglan, dan Tukad Jabah.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya