SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta--Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum terus membangun kapasitas intelektual dan gagasannya di sela-sela menjalankan tugas konsolidasi parpol.

Anas terus melebarkan sayap dengan berkeliling ke seluruh Indonesia untuk membenahi partainya sambil mengkampanyekan demokrasi produktif yang digagasnya.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

“Demokrasi yang kita bangun saat ini sudah berjalan pada rel yang tepat. Dalam penerapan demokrasi yang ada sekarang hanya banyak menguntungkan elit-elit nasional dan daerah, belum sepenuhnya dirasakan rakyat. Oleh karena itu, saya menawarkan konsep demokrasi produktif,” kata Anas.

Hal itu disampaikan Anas kepada detikcom, Minggu (8/8). Anas menawarkan gagasan barunya itu saat memberikan pidato politik pada acara Rapat Senat Terbuka dalam rangka wisuda mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Malang, Jawa Timur.

Menurut tokoh muda potensial ini, gagasan demokrasi produktif itu tidak lahir secara tiba-tiba.

Gagasan ini muncul dari situasi sosial dan politik yang masih tidak memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi stakeholder demokrasi, yaitu rakyat. Sebab, selama ini insentif demokrasi hanya dirasakan oleh para pelaku politik dan lingkungannya.

“Gagasan ini ingin memastikan bahwa seluruh insentif demokrasi bisa dirasakan oleh seluruh rakyat. Caranya, lewat kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bisa menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Sebaliknya demokrasi bisa meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas harmoni  antarmasyrakat,” tegas Anas yang disambut tepuk tangan hadirin.

Menurut dia, otokritik parpol di Indonesia mutlak diperlukan jika ingin kehidupan berpartai di negeri ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi rakyat.

Selain itu, para politisi dan publik juga harus mendorong budaya fairness dan suportivitas dalam berkompetisi.

Sebab, tanpa ada penghargaan pada aturan main, konsep demokrasi yang dibangun hanya akan menguntungkan elit-elit politik saja.

“Kalau partai politik ingin mendorong hadirnya karakter sportif, maka politisi juga harus menghadirkan sportivitas dalam praktek politiknya. Salah satu contohnya keberanian mengakui kekalahan. Karena pasca kompetisi yang dibutuhkan kooperasi,” tegas Anas.

Anas mengajak para politisi dan elit negeri ini mencontoh gaya berpolitik dan berdemokrasi seperti Barrack Obama dan Hillary Clinton.

Betapa pun dahsyatnya kompetisi antar kedua tokoh Amerika Serikat (AS) itu, tetapi pada titik tertentu, Obama dan Hillary bisa satu gerbong untuk mewujudkan kepentingan kolektif yang lebih besar.

“Kompetisi Hillary dan Obama sangat keras, bahkan pada batas-batas tertentu sampai pada urusan pribadi. Tapi ketika hasil konvensi diumumkan, Hillary bisa menerima kekalahan dan malah menjadi pendukung utama Obama. Hillary bukan saja mengakui kekalahan, tapi sekaligus memberi dukungan penuh pada kampanye Presiden Obama,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Anas juga menyinggung soal maraknya tradisi konflik internal partai dan konflik horizontal akibat agenda politik seperti pemilukada.

Cara-cara seperti itu harus dihentikan jika masih ingin membangun demokrasi yang bermartabat.

“Tradisi ngamuk itu harus dijauhkan. Tidak semua partai politik bisa melewati ujian itu dengan baik. Bahkan mereka tidak bisa menghidupkan tradisi demokrasi di dalam internalnya itu,” terangnya.

dtc/nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya