SOLOPOS.COM - Para lansia penghuni Panti Tunas Bangsa, Pekanbaru, Riau. (Okezone)

Anak-anak penghuni Panti Tunas Bangsa diduga mengonsumsi susu kedaluwarsa dan makanan yang sudah digigit tikus.

Solopos.com, PEKANBARU — Sebanyak dua dari lima anak balita penghuni Panti Asuhan Tunas Bangsa Pekanbar, kondisinya masih memprihatinkan. Keduanya kini menjalani penanganan khusus, untuk pemulihan kondisi. Kondisi tak kalah memprihatinkan juga dialami para lansia dan penderita gangguan kejiwaan yang menghuni panti di bawah yayasan yang sama.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Dinas Propinsi Riau, Syarifuddin mengatakan, dua anak tersebut saat ini dalam penanganan khusus di suatu tempat untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya. “Keduanya mengalami diare, muntah-muntah dan perut kembung. Mereka perlu penanganan khusus untuk pemulihan. Badan juga sangat kurus,” terang, Syarifuddin kepada Okezone, Selasa (31/1/2017).

Selama ini, mereka hidup dalam kondisi memprihatikan. Anak-anak balita di Panti Asuhan Tunas Bangsa tersebut tidak mendapat asupan makanan yang baik. “Tempat di sana sangat jauh dari steril, bau, jorok dan tempatnya berantakan,” tambahnya.

Dari pengakuan pihak yayasan, jumlah balita di panti asuhan tersebut ada 13 orang, namun sejauh ini baru ditemukan lima anak. Ini belum termasuk balita bernama Zikli yang meninggal dunia diduga akibat penganiayaan. Baca juga: Ada Bekas Hantaman di Jenazah Balita Penghuni Panti Tunas Bangsa Pekanbaru.

Selain itu, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Riau juga menemukan sejumlah makanan di panti asuhan tidak steril seperti mie instan. Ada juga susu yang sudah kadaluarsa.

“Makanan di sana berserakan, tidak ada kulkasnya. Banyak makanan yang ditemukan sudah digigit tikus. Itulah yang mereka makan. Ini sangat menyedihkan,” tambah Kepala Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Riau, Ester Yuliani, Senin (30/1/2017), dikutip Solopos.com dari Okezone.

Eksploitasi

Selain mendapat perlakuan tidak manusia, penghuni Panti Yayasan Tunas Bangsa di Pekanbaru, diduga sering dieksploitasi. Untuk itu polisi diminta mengungkap kasus ini. Baca juga: Penghuni Panti Tunas Bangsa Terpaksa Makan Kecoa & Depresi.

“Berdasarkan data yang kami dapat, penghuni panti kadang dibawa pergi untuk mengimis di berbagai tempat,” ucap Kepala Dinas Sosial Provinsi Riau, Syarifuddin.

Uang hasil mengemis selanjutnya disetorkan ke pemilik yayasan bernama Lili. Syarifuddin berharap pihak kepolisian mengusut kasus itu. Selain dari dalam, pihak yayasan diduga sering memanfaatkan anak-anak terlantar yang berkeliaran untuk dijadikan pengemis.

Hal senada diungkapkan Andi, 36, salah satu penghuni Panti Yayasan Tunas Bangsa. Menurutnya, di waktu-waktu tertentu ada pihak yang menjemput.

“Saya sering lihat teman-teman dibawa pengurus yayasan dengan menggunakan mobil untuk mengemis. Kebanyakan yang dibawa yang perempuan dan anak. Seminggu sekalilah mereka dibawa. Kalau tidak mau mereka dipukuli,” ucap Andi yang mengaku sudah 10 tahun menghuni panti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya