SOLOPOS.COM - Berbagai karya yang dipamerkan dalam pameran Dimana Anak-anak Sembunyi. Pameran berlangsung Sabtu – Jumat (9-15/12/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution)

Solopos.com, SOLO — Arcolabs Indonesia bersama Goethe-Institut Indonesia mengadakan pameran seni media Dimana Anak-anak Sembunyi di lantai 2 SoloisSolo Space, Koridor Gatsu, Kemlayan, Kecamatan Serengan, Solo. Pameran diadakan Sabtu – Jumat (9-15/12/2023).

Pameran ini merupakan bagian dari XPLORE: New Media Art Incubation bertema Curating After New Media. Kurator pameran sekaligus Dosen FSRD ISI Solo, Yohanes De Britto, mengatakan pameran lahir dari diskusi tentang minimnya representasi anak-anak dalam sebagian besar peristiwa seni.

Promosi Indeks Bisnis UMKM BRI: Ekspansi Bisnis UMKM Melambat tapi Prospektif

“Pameran dan peristiwa seni lainnya hari ini minim representasi anak-anak, baik sebagai subjek maupun objek. Sementara itu, karakteristik seni media [media art] memiliki potensi untuk mengurai kerumitan sekaligus menjawab tantangan, tentunya minimnya representasi anak-anak dalam peristiwa seni tersebut bisa dijawab dalam seni media,” ujar Yohanes dalam sambutannya membuka pameran tersebut, Sabtu (9/12/2023).

Menurut dia, seni media memiliki beberapa karakteristik untuk menjawab tantangan tersebut, meliputi connectivity, computability, dan interactivity yang juga berkontribusi pada tumbuh kembang anak maupun orang lain di sekitar kehidupan anak.

Seni media dapat dikatakan telah menghadirkan bahasa rupa yang identik dengan anak-anak. Saat ini, anak-anak telah menjadi digital natives sehingga seni media terasa sangat dekat dengan mereka.

Seni media saat ini tengah berkutat dengan proses divergensi yang membelah masyarakat menjadi dua kelompok besar, yaitu digital natives serta digital immigrants.

Istilah digital natives dipopulerkan kali pertama oleh Marc Prensky pada 2011 guna menyebut generasi yang lahir di era digital. Bahasa digital menjadi bahasa pertama mereka secara sosio-kultural, tercipta lewat komputer, video gim, dan jaringan Internet.

Saat ini, anak-anak sudah lebih mahir menciptakan seni media dibandingkan generasi digital immigrants yang perlu belajar. Meski begitu, porsi anak-anak dalam proses penciptaan seni media maupun sebagai objeknya masih sangat kecil. Ruang seni yang secara imajiner telah bersifat borderless antara dunia nyata dan maya ternyata masih eksklusif dimiliki oleh pekerja kurator, seniman, galeri, dan kolektor, serta audiens.

Yohanes menyoroti saat ini minimnya representasi anak-anak dalam peristiwa seni juga terjadi baik dalam konsep visual maupun non-visual. Dia menjelaskan pameran seni media Dimana Anak-anak Sembunyi akan menampilkan berbagai karya seni media lintas disiplin yang mengekspresikan dua hal, antara lain interaktivitas dan gambar bergerak (motion graphic).

Bergerak dari hal inilah, pameran Dimana Anak-anak Sembunyi menjadi sebuah material yang dekat dengan generasi digital natives. Dengan eksperimen berbekal kecerdasan buatan (artificial intelligence), coding, dan kerja komputasi lainnya, terciptalah karya seni media sebagai wahana belajar yang kompatibel dengan orientasi anak-anak digital natives.

Pantauan Solopos.com, karya-karya dalam pameran Dimana Anak-anak Sembunyi disajikan dalam berbagai media seni, meliputi media konvensional seperti kanvas maupun penyajian karya digital berbasis video ditampilkan lewat TV.

Tidak hanya pameran karya seni, rangkaian acara meliputi workshop anak yang diselenggarakan sebelum pembukaan pameran, serta diskusi publik pada Jumat (15/12/2023) mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya