SOLOPOS.COM - llustrasi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis)

Harianjogja.com, JOGJA– UMKM masih mengalami kesulitan untuk mengakses kredit ke dunia perbankan. Selain persoalan syarat agunan, suku bunga tinggi dinilai masih menghambat.

Ketua Paguyuban Komunitas UMKM DIY Prasetyo Atmosutedjo mengakui hingga kini pengusaha kecil dan menengah masih kesulitan mengakses kredit ke perbankan . Persoalan yang dihadapi, jelasnya, merupakan masalah klasik yang sampai saat ini masih mengganjal.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Suku bunga perbankan di Indonesia masih tinggi. Selain itu, jika UMKM mengajukan kredit, masalah ajunan menjadi kendala lainnya,” jelas Prasetyo kepada Harianjogja.com, Minggu (10/8/2014).

Dijelaskan Prasetyo, meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan batas maksimal suku bunga 20% namun hal itu masih belum menjawab masalah akses kredit bagi UMKM.  Dia menyontohkan masalah kredit usaha rakyat (KUR) di mana aturannya tidak mewajibkan adanya agunan. Faktanya di lapangan, sambung Prasetyo, perbankan masih mewajibkan adanya agunan. Padahal, 98% ekonomi Indonesia ditopang oleh UMKM.

“Tapi fakta dan kondisi di lapangan berbeda. Kalau Bank Indonesia mengklaim pertumbuhan atau penyerapan kredit naik, saya belum melihat gejala itu karena terhambat prosedur,” tandasnya.

Prasetyo juga mengkritik perkembangan industri di Indonesia yang belum mampu melayani industri dalam negeri. Pemerintah, lanjutnya, masih suka melakukan import barang-barang dari luar negeri dibandingkan mengembangkan produk dalam negeri.

Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY mencatat pertumbuhan penyaluran kredit di wilayah DIY meningkat tajam.

“Hingga Mei 2014, penyaluran kredit untuk UMKM melalui perbankan di DIY mencapai 7,1%. Kondisi ini lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar di bulan yang sama, yakni 1,8%,” kata Kepala Kantor Wilayah BI DIY Arief Budi Santoso akhir pekan lalu.

Tingginya penyerapan kredit tersebut, kata Arief, dikarenakan perbankan melihat potensi UMKM di DIY masih sangat besar. Hal itu berdampak pada peningkatan pangsa pasar kredit perbankan dari tahun ke tahun. Pada 2012, pangsa penyerapan kredit mencapai 39,9%. Angka tersebut naik menjadi 40,67% (2013). Dan hingga Mei 2014, angkanya meningkat menjadi 42,94%.

“Angka ini masih bisa ditingkatkan lagi karena 90 persen perekonomian di DIY ditopang UMKM. Perbankan memahami kebutuhan itu, karena penyaluran kredit ke UMKM bisa menguntungkan mereka,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya