SOLOPOS.COM - Sejumlah warga dan sukarelawan bergotong royong memindahkan plafon yang roboh akibat gempa Bantul di SMKN 1 Pracimantoro Wonogiri, Sabtu (1/7/2023). (Istimewa/Angga Eka)

Solopos.com, JAKARTA–Setidaknya 53 gempa susulan terjadi setelah gempa tektonik bermagnitudo 6 yang berpusat di Samudra Hindia selatan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Jumat (30/6/2023) malam pukul 19.57.43 WIB.

“Hingga pagi ini BMKG mencatat 53 gempa susulan di selatan DIY,” kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, di Jakarta, Minggu (2/7/2023). Dia menerangkan tercatat gempa susulan dengan magnitudo terbesar yakni M4,2 dan terkecil M2,7 hingga pukul 07.00 WIB.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Menurut Daryono, episenter gempa yang terjadi di Samudra Hindia itu menjadi sebuah pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa. Ia mengatakan zona subduksi aktif itu tidak hanya dapat menimbulkan gempa bumi, tetapi juga tsunami.

Dia menjelaskan catatan sejarah tsunami di selatan Pulau Jawa telah terjadi sebanyak delapan kali dengan rincian tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994 di Banyuwangi, dan 2006 di Pangandaran.

“Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa serta tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya,” kata Daryono seperti dilansir Kantor Berita Antara.

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat menghindari bangunan yang mengalami kerusakan secara struktur pascagempa pada Jumat malam lalu. Ia mengatakan masyarakat juga harus mewaspadai gempa susulan yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan yang sudah retak-retak atau rusak.

“Kami minta masyarakat agar tidak menempati bangunan yang secara struktur sudah rusak,” ujar Dwikorita seusai berkunjung ke lokasi terdampak gempa di Kabupaten Bantul, DIY, Sabtu (1/7/2023).

Dia menerangkan gempa susulan usai gempa bermagnitudo 6,4 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo 6,0 yang episenternya terletak di koordinat 8,63 LS, 110,08 BT, atau di laut pada jarak 81 kilometer arah selatan Kota Wates, DIY pada kedalaman 67 kilometer itu, goncangannya tidak dirasakan manusia. “Jadi tidak terasa sama sekali ada gempa susulan, yang mencatat hanya alat,” kata dia.

Dwikorita juga mengatakan kerusakan akibat gempa bumi yang dialami di wilayah DIY tersebut mengikuti pola kondisi setempat. Seperti yang terjadi di wilayah Dusun Bangen, Desa Bangunjiwo, Bantul, DIY, kata dia, karena lokasinya yang berada di daerah ketinggian. ”

Kami juga melakukan pemetaan mengikuti pola kondisi setempat, entah kondisi tanahnya atau seperti di sini ini kan kondisi di ketinggian, jadi tidak merata hanya mengikuti pola,” katanya.

BMKG, lanjut Dwikorita, juga melakukan pemetaan dampak gempa tersebut dan terdapat zona-zona rusak di sepanjang endapan Sungai Opak dan Sungai Oya yang melintasi wilayah DIY dan Kabupaten Bantul.

“Cuma itu kan yang rusak ringan, mirip mirip begini [rumah rusak ringan]. Kemudian juga ada semacam lembah di situ ada kerusakan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya