SOLOPOS.COM - Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud membuka konferensi internasional yang diadakan oleh MUI bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia di Jakarta Pusat, Minggu (21/5/2023). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

Solopos.com, JAKARTA – Sekitar 300 orang pemuka atau tokoh sejumlah agama dari dalam dan luar negeri berkumpul di Jakarta, Minggu (21/5/2023), membicarakan kolaborasi dan perdamaian.

Mereka bertemu dan saling berbicara dalam forum konferensi internasional untuk mengumpulkan berbagai perspektif agama dan saling berdiskusi demi mencapai perdamaian global. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Wakil Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud, membuka kegiatan konferensi internasional yang diadakan oleh MUI bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia di Jakarta, Minggu (21/5/2023).

“Melalui acara ini kita ingin menekankan hidup berdampingan satu sama lain (co-existence) untuk perdamaian global. Kita sudah buktikan bahwa bangsa Indonesia yang tetap hidup dengan damai meskipun terdiri dari keberagaman suku, ras, dan agama,” kata Marsudi, dilansir Antara.

Marsudi menjelaskan konferensi tersebut dilakukan untuk memahami dan menyatukan paham satu sama lain, membuat setiap umat beragama saling kolaborasi, dan bersama membantu menyelesaikan konflik, utamanya perang yang saat ini masih berlangsung di negara-negara mayoritas Islam.

“Kita ingin menularkan semangat Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) kepada negara-negara lain. Karena kita terbukti dapat mempersatukan lebih dari 700 bahasa daerah menjadi satu bahasa yaitu Bahasa Indonesia, dan dengan semangat tersebut kita juga bisa mempersatukan 1.340 suku, 16.771 pulau menjadi satu, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata dia.

Konferensi internasional itu, lanjut Marsudi, memang mempunyai sejumlah tujuan. Pertama, untuk mengkaji dan berbagi nilai-nilai agama yang dianut Indonesia untuk hidup bersama dengan damai sebagai satu bangsa.

Kedua, saling menjaga dan hidup berdampingan sehingga tercipta kehidupan yang rukun, saling menghormati, saling memahami, dan hidup bersama secara damai untuk mencapai kehidupan yang berbudaya (civilized life) dan bangsa yang beradab (civilized nation).

Ketiga, untuk menemukan model dan strategi dalam menghadapi tantangan bersama di era globalisasi guna menghentikan perpecahan, permusuhan, dan konflik atas nama agama. Selain itu, sekaligus mengembangkan model pengajaran moderasi beragama yang sesuai dengan ajaran nilai agama di Indonesia maupun dunia.

“Dengan nilai Bhinneka Tunggal Ika bisa menyatukan negara terpadat keempat di dunia dengan jumlah penduduk 270.203.917 pada 2020 dan negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan lebih dari 230 juta penganut,” tuturnya.

Hasil dari konferensi tersebut nantinya memunculkan satu kesepakatan bersama dan selanjutnya ditindaklanjuti di Indonesia maupun negara-negara lain yang turut berpartisipasi. Ketua Panitia Pelaksana Konferensi Internasional MUI, Safira Machrusah, menuturkan acara ini dihadiri kurang lebih 300 peserta dari dalam maupun luar negeri.

Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut antara lain Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia Wisnu Bawatenaya, dan Direktur Pusat Kristen Timur Tengah di Seminari Presbiterian Kairo Wageeh Mikhail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya