SOLOPOS.COM - Salah seorang penumpang perahu tempel yang selamat, Muhammad Arif, saat berziarah ke makam sejumlah kerabatnya yang meninggal dalam musibah kapal tenggelam di perairan Teluk Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, Minggu (23/7/2023). (Antara)

Solopos.com, BUTON TENGAH — Sebanyak 15 penumpang meninggal dan 33 orang selamat dalam kecelakaan kapal penyeberangan antardesa yang terjadi pada, Minggu (23/7/2023) malam, di perairan Teluk Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Salah seorang penumpang perahu tempel yang selamat, Muhammad Arif menceritakan detik-detik dirinya berenang sembari membantu adik sepupunya yang tak bisa berenang ke daratan.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Muhammad Arif dan adik sepupunya termasuk dalam 33 penumpang yang selamat dalam musibah laut tersebut.

Ia menjelaskan saat kejadian kebetulan dirinya berdiri paling depan kapal tersebut kemudian meloncat jauh dari kapal yang akan tenggelam.

Tindakan Arif itu diikuti adik sepupunya yang masih duduk di bangku SMP.

Saat berada di air Arif mendengar sepupunya itu memanggil dirinya bahwa yang bersangkutan tidak bisa berenang.

Arif langsung berenang ke arah suara dan menolong sepupunya tersebut.

“Jangan kau pegang badanku, tetapi saya saja yang pegang bajumu karena kalau kamu pegang badanku, sama-sama kita akan tenggelam,” cerita Arif.

Dia menuturkan ketika perahu tempel itu miring dan air laut mulai masuk ke perahu, penumpang yang ada di dalamnya yang lebih dari 40 orang mulai panik dan semuanya berdiri untuk menyelamatkan diri kemudian perahu itu terbalik.

Ia memperkirakan jarak perahu tenggelam ke daratan sekitar 180 meter.

Arif bersyukur bisa membawa adik sepupunya yang tidak bisa berenang itu ke daratan.

Ketika ditanya kejadian yang menelan korban cukup banyak tersebut, ia mengaku tidak tahu persis.

Tetapi saat itu dirinya punya firasat bahwa perahu akan tenggelam karena air laut sudah masuk ke dalam perahu dan posisi perahu sudah miring.

“Ada banyak faktor, mungkin tertimpa perahu yang tenggelam. Mau lompat ke mana karena posisi perahu katinting itu langsung terbalik,” katanya.

Meski berhasil menyelamatkan adik sepupunya, Muhammad Arif kehilangan enam sanak familinya.

Sementara itu Kepala Desa Lagili, Kecamatan Mawasangka Timur, Kabupaten Buton Tengah, Tamsir, mengatakan dirinya sangat berduka dan sedih yang sangat mendalam dengan kejadian tersebut.

Ini menjadi pukulan dan pelajaran agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

“Kami akan secepatnya kumpulkan para pelaku ojek laut penyeberangan untuk diberikan edukasi soal keselamatan penyeberangan supaya kejadian ini tidak terulang lagi,” katanya.

Sebenarnya. lanjut dia, daya tampung ojek perahu (katinting) idealnya ditumpangi 14-15 orang tetapi pada saat kejadian peristiwa itu diisi 40 lebih penumpang.

Makanya, saat mengumpulkan para pelaku ojek perahu ini akan ditegakkan aturannya soal jumlah penumpang ojek perahu harus berapa supaya masyarakat pengguna jasa ojek perahu bisa lebih nyaman dan keselamatan yang paling utama.

“Ini kejadian pertama karena sebelumnya musibah yang terjadi di sini hanya perahu mati mesin atau kehabisan bahan bakar saja,” katanya.

Ia menambahkan jarak tempuh penyeberangan laut itu dari Mawasangka Timur ke Mawasangka Tengah hanya 1 kilometer dan bisa ditempuh dengan ojek laut sekitar 10 menit.

Menurut dia, ada jalan darat dari Mawasangka Timur ke Mawasangka Tengah tetapi jarak tempuhnya lebih jauh dan lebih lama.

“Kalau harus memutar dengan kecepatan 60 kilometer per jam memerlukan waktu satu jam lebih,” katanya.



Ia berharap supaya ke depannya dibuatkan jembatan penyeberangan dari Mawasangka Timur ke Mawasangka Tengah.

“Kami berharap ada jembatan penyeberangan di sini,” demikian Tamsir.

Kantor Pencarian dan Pertolongan Kendari menyampaikan sebanyak 15 penumpang tewas dan 33 orang selamat dalam kecelakaan kapal penyeberangan antardesa yang terjadi pada Minggu malam di perairan Teluk Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara.

“Perkembangan identifikasi korban dari pihak Polres Buton Tengah, jumlah korban selamat sebanyak 33 orang, korban meninggal dunia sebanyak 15 orang,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kendari Muhammad Arafah di Kendari, Selasa (25/7/2023).

Arafah mengatakan di antara korban kecelakaan kapal yang selamat hanya enam yang didata, 27 orang lainnya tidak sempat didata karena langsung pulang ke rumah masing-masing.

Dia menyampaikan, total ada 48 orang yang dilaporkan berada di dalam kapal yang tenggelam di perairan Teluk Mawasangka Tengah pada Senin dini hari dan semuanya sudah ditemukan.

Kapal penyeberangan dengan rute Desa Lagili di Kecamatan Mawasangka Timur ke Desa Lanto di Kecamatan Mawasangka Timur dilaporkan tenggelam pada Senin dini hari.

Setelah menerima laporan dari Kepolisian Sektor Mawasangka Tengah mengenai kejadian kecelakaan tersebut, Kantor Pencarian dan Pertolongan menurunkan tim penyelamat ke lokasi kecelakaan di Teluk Mawasangka Tengah.

Tim penyelamat melakukan penyelaman dan penyisiran di sekitar lokasi kejadian kecelakaan untuk mencari korban kecelakaan kapal.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Kisah Dramatis Penumpang Selamat dari Perahu Tempel yang Tenggelam di Buton”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya