SOLOPOS.COM - Siswa Kelas 6 SD Muh 1 Ketelan Solo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Sebanyak 134 yang terdiri atas empat kelas siswa SD Muhammadiyah 1 Solo bakal dilepas di Lor In Hotel Solo, Sabtu (24/6/2023).

Kepala SD Muhammadiyah 1 Solo, Sri Sayekti, mengatakan pelepasan itu merupakan momentum untuk mengembalikan para siswa kembali kepada orang tua.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Sekaligus acara ini menjadi bentuk apresiasi kita kepada anak-anak yang telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang ada, baik itu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler,” kata dia kepada Solopos.com, Kamis (22/6/2023).

Menurut dia, enam tahun bukan hal mudah bagi para siswa, dari mulai belum bisa membaca, menulis, dan berhitung, hingga mampu mengakhiri seluruh program pembelajaran dengan baik.

“Ada anak-anak yang cemerlang, memiliki prestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik, maka pada kesempatan ini, akan diapresiasi semuanya,” lanjut dia.

Sekaligus kegiatan ini acara untuk memberikan kenangan yang terbaik selama para siswa menempuh pendidikan di sekolah dasar.

“Momentum pelepasan ini meletakan tangga pertama sebelum anak melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Jadi itu hanya tangga pertama yang harus dilalui, sebelum menuju tangga selanjutnya,” tutur dia.

Siswa kelas 6 SD Muh 1 Ketelan Solo. (Istimewa)

Dia berharap dengan acara perlepasan ini tetap membanguan silahturahmi antara sekolah dan orang tua. Karena, menurut dia, selama kurun enam tahun dukungan orang tua pada sekolah sangat besar.

“Tanpa dukungan itu sekolah tidak artinya, kami sekaligus memberikan penghargaan kepada orang tua yang memberikan dukungan penuh,” lanjut dia.

Dia berpesan untuk terus menjaga akhakul karima, tetap menjadi anak soleh solehah, berbakti kepada orang tua, dan tetap menjaga nama biak almamaternya.

Dia menyebut acara dibuat dengan konsep sederhana, diawali dengan doa, sambutan dari kepala sekolah mengembalikan kepada orang tua.

Lalu dilanjutkan pihak orang tua yang menerima kembali, sambutan dinas dan persyarikatan, acara prosesi anak-anak diminta maju kedepan satu-satu, hiburan, kata pamitan dari kakak kelas ke adik kelas, adik kelas menjawab, diakhiri dengan pemberian penghargaan pada anak-anak kelas 6 yang berprestasi.

Menurut dia, selama enam tahun para siswa sudah dibekali dengan pembelajaran akhlakul karimah. Termasuk diajari bernalar kritis sehingga bisa menangkap dan menyelesaikan isu-isu yang ada di sekitarnya.

“Tapi tetap dengan kearifan lokal, tetap mengedepankan budaya, dan adab. Jadi walaupun dia hidup di zaman milenium, era [industri] 4.0 tetap melestarikan budaya,” lanjut dia.

Termasuk bekal pengetahuan digitalisasi, menurutnya para siswa sudah mendapatkan bekal ilmu teknologi dan informasi. Ini ditandai, selama menempuh pendidikan mendapat sertifikat TIK.

Ilmu-ilmu dasar itu sudah kita berikan termasuk bagaimana dia membuat konten atau vlog. Jadi memasuki 4.0 bekalnya sudah ada, sekali lagi akhlaknya tetap nomor satu. Karena kalau pinternya jalan sendiri tanpa ilmu agama dan budaya akan timpang,” lanjut dia.

Dia menambahkan para siswa juga sudah diberikan pemahaman literasi digital. Sehingga, menurutnya ketika anak-anak mendapati konten tidak baik akan langsung bisa bersikap.

“Minimal dia harus cerita kepada orang tua, karena anak ini menjelang remaja. Karena HP itu dia genggam, tidak ada yang tahu membuka apa, tapi selama dia paham Tuhan mengawasi, aman,” kata dia.

Sebagai sekolah penggerak angkatan pertama yang sudah berjalan tiga tahun, dia menyebut ada empat hal yang diimplementasikan dalam kurikulum.

“Yang pertama adalah budaya sekolah berupa dalam hal ini budaya positif di sekolah maupun di kelas. Budaya positif di kelas adalah nilai-nilai yang diyakini kebenarannya di kelas itu, nilai menghargai, empati, dan kejujuran. Sementara di sekolah budaya positif anti korupsi,” kata dia.

Kedua, intrakurikuler atau pembelajaran, dimana modul ajar yang disiapkan oleh guru terdapat internalisasi karakter. Karakter itu didasarkan pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Lalu ketiga adalah kokurikuler yang dalam hal ini adalah menerapkan praktek P5. Dimana para siswa harus menyelesaikan isu-isu yang ada atau disiapkan oleh sekolah.

Siswa kelas 6 SD Muh 1 Ketelan Solo (Istimewa)
Siswa kelas 6 SD Muh 1 Ketelan Solo (Istimewa)

“Sekolah mengambil tema yang ditentukan kementerian. Dimana ada enam tema besar. Tema-tema itu dijawab anak-anak lewat projek. Misal kemarin temanya adalah rekayasa teknologi untuk membangun NKRI,” kata dia.

Dia mengatakan pada akhir semester akan ada kegiatan gelar karya. Hasil pemikiran siswa itu dipajang dan dipresentasikan kepada warga sekolah.



Kemudian yang keempat, ekstrakurikuler yang juga merujuk pada P5. Dia menyebut ada internalisasi karakter yang dibangun dalam ekstrakuler.

“Kalau di kita itu ditambah karakter anti korupsi, tidak mesti uang, terlambat bisa jadi bagian dari korupsi Kita juga menjadi sekolah terbaik di Indonesia untuk implementasi pendidikan anti korupsi,” lanjut dia.

Siswa Kelas 6 SD Muh 1 Ketelan Solo. (Istimewa)

Lewat kurikulum yang diterapkan, SD Muhammadiyah 1 Solo berhasil menorehkan beberapa prestasi. Beberapa diantaranya menjadi sekolah terbaik pendidikan anti korupsi, juara umum tapak suci, terbaik dalam pelayanan kantin sekolah, dan menjadi terbaik untuk lomba perkemahan,

“Selama kurun tahun ini anak-anak bisa mencetak 200 prestasi yang dicetak anak-anak. Lalu untuk olimpiade kami juara satu matematika tingkat kota Solo, kita bersiap maju di OSN provinsi,” kata dia.

Dia berharap prestasi itu bisa dipertahankan dan terus ada. Menurutnya tidak hanya anak atau sekolah guru juga harus berprestasi. Dia menyebut guru harus bisa menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, juga menyenangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya