SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

TOKYO — Jepang berdoa dalam keheningan, Minggu (11/3) siang. Seluruh rakyat mengenang setahun gempa dan tsunami yang menewaskan lebih dari 19.000 orang. Di sejumlah tempat muncul sejumlah aksi memprotes penanganan krisis nuklir yang muncul akibat bencana tersebut.

Di Tokyo, sekitar 12.000 orang yang marah akibat kinerja pemerintah yang dinilai lamban dalam menangani krisis nuklir, menggelar aksi protes dengan membentuk rantai manusia di sekitar gedung parlemen di Tokyo. “Kami marah terhadap Tepco dan datang ke sini untuk menunjukkan kemarahan kami,” ujar Tomoe Suzuki, 65, seorang pemilik restoran.

Mereka juga mengkritik Tokyo Electronic Power (Tepco) selaku pengelola reaktor Fukushima tak maksimal dalam menangani krisis. “Gempa bumi adalah sesuatu yang tak bisa dihindari karena merupakan bencana alam. Tapi Anda tak bisa tinggal diam tentang Fukushima karena itu adalah bencana buatan manusia,” imbuhnya.

Kaisar Akihito yg dalam masa pemulihan pascaoperasi jantung, juga menyuarakan keprihatinan terkait sulitnya upaya dekontaminasi lahan sekitar reaktor nuklir Daichi Fukushima. “Untuk membuat daerah itu bisa dihuni lagi, kita menghadapi masalah sulit untuk menghilangkan radiasi. Kita akan melanjutkan upaya membuat tanah ini menjadi tempat yang aman untuk ditinggali,” ujar Akihito, 78.

Bersama Permaisuri Michiko, Akihito menghadiri upacara peringatan di Teater Nasional, dengan berdiri dalam diam bersama ratusan orang lainnya yang mengenakan pakaian hitam. Keheningan juga terlihat di pusat perbelanjaan di Distrik Shibuya yang biasanya sibuk, dengan para pejalan kaki berhenti sejenak.

Setahun pascabencana, Jepang masih bergulat dengan krisis kemanusiaan, ekonomi dan politik. Kerusakan sistem pendingin reaktor Fukushima telah menyebabkan kebocoran pada tiga reaktor, memaksa lebih dari 100.000 orang dalam radius 20 km mengungsi dan mungkin tak akan pernah diizinkan kembali.

Hanya 1 km dari reaktor Fukushima, tempat krisis nuklir terburuk di dunia sejak bencana Chernobyl, para penduduk Okuma diizinkan kembali selama beberapa jam untuk mendoakan para kerabat mereka yang tewas. “Ini adalah tempat yang indah. Kalau bukan karena semua yang terjadi, saya akan kembali. Namun karena Tepco, saya bahkan tak dapat mencari jenazah keluarga saya,” ujar Tomoe Kimura. 39, yang kehilangan empat anggota keluarganya akibat tsunami tahun lalu dan dua di antaranya belum ditemukan.

Di Rikuzentakata, kota pesisir timur yang paling hancur akibat bencana itu, sirene berbunyi tepat pada pukul 14.46, tepat saat gempa berkekuatan 9,0 SR tahun lalu mengguncang kawasan Jepang timur. Seorang pendeta Budha berjubah ungu, membunyikan lonceng besar di sebuah kuil yang rusak dan menghadap sebuah daerah kosong dan gersang, yang dulunya merupakan kawasan permukiman padat.

Gempa setahun lalu merupakan terkuat sepanjang sejarah Jepang dan memicu gelombang tsunami setinggi 20 meter di sejumlah titik sepanjang pesisir tenggara, menghancurkan puluhan ribu bangunan dan mengakibatkan kerusakan lebih luas. Hampir 16.000 tewas dan lebih dari 3.300 orang yang masih hilang. Niken Ari Purwanti/Reuters

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya